Minggu, 24 Februari 2008

Putri Surabaya Bank Jatim Petik Kemenangan Kedua


Putri Surabaya Bank Jatim menang 25-19, 25-22, dan 25-20 atas Jakarta BNI Taplus di GOR Ken Arok, Malang, Jatim, Ahad malam. Sementara juara Sampoerna Hijau Putra Proliga 2007 Surabaya Samator takluk dari Jakarta Sananta dengan skor 22-25, 27-29, dan 17-25.


Liputan6.com, Malang: Putri Surabaya Bank Jatim kembali meraih kemenangan saat menjamu Jakarta BNI Taplus di Gelanggang Olahraga Ken Arok, Malang, Jawa Timur, Ahad (24/2) malam. Tim besutan Huang Miancheng itu menang 3-0 (25-19, 25-22, dan 25-20).

Ini merupakan kemenangan kedua Surabaya Bank Jatim setelah sehari sebelumnya mengalahkan Jakarta Popsivo juga dengan skor 3-0 (25-14, 25-16, dan 25-20). Hasil ini membawa Surabaya Bank Jatim memimpin klasemen sementara bagian putri dengan nilai empat. Sementara posisi kedua ditempati Jakarta Electric dengan nilai dua.

Di bagian putra, Surabaya Samator harus mengakui keperkasaan Jakarta Sananta. Juara bertahan Sampoerna Hijau Putra Proliga itu kalah dengan skor 0-3. Pertandingan dua tim yang diperkuat pemain nasional Sea Games Thailand 2007 ini berjalan ketat. Pada set pertama, Joni Sugianto dan kawan-kawan kalah 22-25.

Di set kedua, saling kejar-mengejar angka kembali terjadi hingga harus diadakan deuce. Jakarta Sananta yang tampil lebih kompak akhirnya memenangkan set ini dengan skor 29-27. Di set ketiga, tim asuhan Benny Martarius ini kembali menang atas Samator dengan angka 17-25.

Hasil ini membawa Jakarta Sananta memimpin klasemen sementara putra dengan nilai empat hasil dari dua kali menang. Kemarin, Jakarta Sananta mengalahkan Jember Pemkab 3-0 (27-25, 25-23, dan 25-21). Posisi kedua diisi oleh Bantul Yuso Tomkins dengan nilai dua hasil sekali menang.(BOG/Erlangga Wisnuaji dan Anto Susanto)

Jumat, 22 Februari 2008

Bantul Yuso Tompkins Memang Susah Payah


Tim putra Jakarta BNI Taplus mampu memberikan perlawan menghadapi Bantul Yuso Tompkins pada putaran pertama Proliga 2008 yang digelar di GOR Ken Arok, Malang, Jatim, Jumat malam. Jakarta BNI Taplus kalah 27-29, 23-25, 25-22, 25-20, dan 13-15.


Meski hanya dengan persiapan singkat, tim putra Jakarta BNI Taplus mampu memberikan perlawanan terhadap Bantul Yuso Tompkins. Pada pertandingan yang digelar di Gelanggang Olahraga Ken Arok, Malang, Jawa Timur, Jumat (22/2) malam, Loudry Maspaitella dan kawan-kawan kalah dengan skor tipis 2-3.

Di set pertama dan kedua, Jakarta BNI kalah dengan skor ketat, yakit 27-29 dan 23-25. Namun di dua set berikutnya, berhasil direbut oleh Jakarta BNI dengan angka 25-22 dan 25-20. Di set kelima, saling kejar mengejar angka terus terjadi. Hingga akhirnya Bantul Yuso memangkan set penentuan ini dengan angka 15-13.

Pada pertandingan ini, Loudry kembali memperkuat Jakarta BNI Taplus sebagai toser. Jakarta BNI juga diperkuat dua mantan pemain nasional yaitu Robby Meliala dan Teddy Hidayat.

Di pertandingan pertama, tim putri Jakarta Electric menang 3-1 atas Gresik Petrokimia. Di set pertama, Jakarta Electric kalah 28-30 dari Gresik Petrokimia. Namun pada tiga set berikutnya tim asuhan Victor Laiyan ini berhasil meraih kemenangan. Jakarta Electric menang 25-14, 25-21, dan 25-20.(Bogi)

Rabu, 20 Februari 2008

Kesempatan Yuso Meraih Poin Pertama


Putaran pertama Proliga 2008, kompetisi bola voli profesional di Indonesia, digelar di Gelanggang Olahraga Ken Arok, Malang, Jawa Timur, mulai 22-24 Februari. Partai perdana putra akan mempertemukan finalis Proliga 2007 Jakarta BNI Taplus dan Bantul Yuso Tompkins. Pertandingan ini adalah kesempatan bagi Yuso untuk meraih poin pertama mengingat persiapan Jakarta BNI Taplus sangat mepet.


Oleh: Bogi Triyadi

Sampai hari ini, Jakarta BNI Taplus baru diperkuat enam pemain. "Itu pun tanpa toser," kata Loudry Maspaitella saat dihubungi lewat telepon, Kamis (21/2) pagi. Loudry mengungkapkan, Rudi Santoso yang rencananya akan memperkuat Jakarta BNI Taplus telah direkrut oleh Jember Pemkab. Sementara seorang toser lagi belum mendapatkan izin dari klubnya yaitu Indomaret Sidoarjo.

Selain tidak mempunyai toser, Jakarta BNI Taplus juga gagal merekrtut Rudy Tirtana dan I Wayan Windusegara (acong). Menurut Loudry, Acong tidak bisa memperkuat Jakarta BNI Taplus pada proliga tahun ini karena tak dapat meninggalkan pekerjaannya di PDAM di Bali. Sementara Rudi Tirtana sedang menjalani proses penerimaan karyawan di PDAM di Bali. "Saya tidak tahu apa Rudi bisa memperkuat BNI di putaran kedua," jelas Loudry.

Loudry menambahkan, saat ini, dua pemain yang dia ketahui telah berlatih di Padepokan Bola Voli, Sentul, Bogor, Jawa Barat, yakni Robby Meliala dan Tedy Hidayat. Sementara mengenai dua pemain asing, dia mengaku belum tahu.

Kondisi berbeda di tubuh Bantul Yuso Tomkins. Tim besutan Putut Marhaento benar-benar telah mempersiapkan diri buat Proliga 2008. Sejak menjuarai Livoli 2006, Muhammad Zainuddin dan kawan-kawan tak pernah berhenti berlatih. So, pasti tim ini semakin kompak dan solid. Selain Zainuddin, Bantul Yuso juga akan diperkuat Andri Widiatmoko, Ramzil Huda, Miko Fajar, Sodikin, Anton Bertyawan. Bantul Yuso juga akan diperkuat satu pemain asing.

Dengan kondisi seperti demikian, diperkirakan Bantul Yuso di atas kertas bisa mengalahkan Jakarta BNI Taplus. Namun permainan dan mental pemain di lapangan tetap memegang peran penting siapa yang akan memenangkan partai perdana Proliga 2008.

Jumat, 15 Februari 2008

Loudry Maspaitella, Selalu Siap Bila Dipanggil

Umpan-umpan Loudry Maspaitella di lapangan selalu memudahkan seorang spiker menyelesaikan tugasnya meraih angka. Bahkan, aksi Loudry saat mengumpat kerap membuat decak kagum para penonton.

Oleh: Bogi Triyadi

Kerendahan hati. Itulah yang menjadi kunci utama bagi Loudryans Arison Maspaitella atau Loudry Maspaitella selama berkarier di dunia bola voli Indonesia. Tak heran, jika pria kelahiran Surabaya, Jawa Timur, 17 September 1969, ini mampu bertahan hampir 23 tahun sebagai pemain tim nasional di posisi tosser atau pengumpang.

Loudry menjelaskan, mengapa seorang tosser harus rendah hari karena posisi tersebut tak jauh beda dengan pelayan. Karena itu, tugas utama pengumpan adalah mampu membaca selera atau sifat dari lima rekan timnya dengan cepat. "Permintaan mereka apa, harus kita layani," kata Loudry.

Sebab jika seorang tosser masuk dalam satu tim dengan membawa egonya sendiri, maka tim tersebut dipastikan akan bubar, kata Lourdy. Pasalnya, ego dia tak akan bisa sejalan dengan kemauan kelima rekan timnya yang sudah pasti berbeda. Tak heran, jika melatih seorang pengumpang menurut Loudry lebih sulit dibandingkan dengan spiker. Jadi tidak perlu kaget, ucap Loudry, jika timnas voli krisis tosser.

Loudry mengaku, sejak bergabung bersama tim nasional junior voli sejak 1984, dia sama sekali tidak pernah berlatih spesialis sebagai seorang tosser. Baru, saat timnas voli dilatih Li Qiujiang asal Cina, Loudry berlatih spesialis tosser. Maklum saja, posisi Mr Li saat masih menjadi pemain adalah seorang tosser. "Makin terasa kemampuan saya," kata Loudry.

Tak hanya kepada pemain seusianya atau yang lebih senior, terhadap pemain junior pun Loudry berusaha selalu rendah hati. Bahkan, lulusan pascasarjana program Administrasi Kebijakan Bisnis Universitas Indonesia ini tak canggung untuk berbauh dengan mereka. "Karena saya tahu mereka bermain dengan saya juga memiliki beban mental seperti yang pernah saya alami," tutur Loudry.

Sebenarnya, Semasa kecil Loudry tidak bercita-cita ingin menjadi pemain voli. Dia justru ingin menjadi pemain sepakbola. Karena itu, waktu duduk di sekolah menengah pertama, Loudry bergabung dengan salah satu klub sepakbola di Jakarta.

Bukan hanya sepakbola dan voli yang dikuasai Loudry. Tenis meja, basket, bulutangkis, dan olahraga lainnya pun bisa dimainkan Loudry. "Tapi yang paling suka sepakbola," tutur pria tiga orang anak ini. Kebisaan Loudry dalam beberapa cabang olahraga tak terlepas dari tempat tinggalnya di daerah Rawamangun, Jakarta Timur, atau kini bernama komplek Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Rawamangun.

Keterlibatan Loudry dalam bola voli bermula saat mengikuti kejuaraan bola voli yunior se-Kotamadya Surabaya. Loudry tampil dalam kejuaraan tersebut setelah diminta oleh sang ayah, Leonard Jonas Maspaitella, agar mau menjadi tosser di klubnya. Loudry pun setuju. Selesai kejuaraan, Loudry pun kembali berlatih sepakbola.

Namun tanpa sepengetahuan Loudry, kejuaraan tersebut ternyata juga sebagai ajang seleksi untuk Pekan Olaharaga Pelajar Seluruh Indonesia (Popsi). Dan Loudry pun terpilih mewakili Jatim di cabang bola voli. Setelah Popsi selesai, lagi-lagi Loudry kembali ke sepakbola.

Tapi tak lama berselang, Loudry yang saat itu duduk di bangku kelas dua SMP ternyata terpilihmasuk tim nasional junior. Di sinilah dia mendapat arahan dari sang ayah. Ketika itu, Leonard mengatakan, kalau Loudry tetap memilih sepakbola, peluang masuk timnas belum terlihat. Sedangkan di voli, dia sudah pasti menjadi pemain timnas. "Akhirnya saya memilih voli," ucap peraih empat medali emas Sea Games ini..

Di usia 14 tahun, Loudry sudah menjadi pemain timnas junior. Hampir enam tahun Loudry berada di timnas voli junior. "Sebenarnya saya sudah ingin dipakai di senior, tetapi ketika itu masih ada Chandra Alim," jelas Loudry. Dia pun akhirnya tetap di timnas junior hingga akhir 1990-an. Apalagi, ketika itu timnas junior juga belum punya tosser selain Loudry.

Bagi Loudry, menjadi seorang tosser mempunyai kenikmatan tersendiri dibandingkan spiker. "Enak melihat teman menyelesaikan umpan kita," tutur Loudry bangga. Meski tosser yang selalu mendapat pujian jika meraih poin, itu tidak membuat Loudry iri. "Bisa menyenangkan teman, apalagi kalau tim menang, itu kepuasan tersendiri," tambah karyawan Bank Negara Indonesia ini.

Sikap itulah yang membawa Loudry terus menjadi nomor satu timnas. Bahkan meski sudah mengundurkan diri, dia kembali dipanggil mengikuti pemusatan latihan nasional (Pelatnas) Sea Games 2007 di Thailand. Walau akhirnya tidak jadi ikut ke Sea Games.

Ya, dengan voli, Loudry sudah mendapatkan segala-galanya. Jalan-jalan gratis ke luar negeri dan mendapat pekerjaan. "Bahkan, sampai saya bisa dikenal orang dan mendapat istri juga karena voli," tegas Loudry bangga. Tak hanya itu, Loudry yang beberapa kali dinobatkan sebagai tosser terbaik Sea Games ini juga pernah mendapat tawaran dari salah satu klub voli di Jepang. Tetapi tawaran itu dia tolak. "Waktu itu saya belum berpikir menggeluti secara profesional," tutur dia.

Atas apa yang diperolehnya berkat voli, dia merasa selalu siap jika dibutuhkan Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI) untuk membantu timnas, terutama melatih tosser. "Seperti ada tanggung jawab moral dalam diri saya," ucap Loudry yang sangat mengidolakan Imam Agus Faisal atau Fafa.

Dikarunia dua putri dan satu putra buah pernikahannya dari R. Fortina Maulina Pasaribu yang juga pemain timnas voli, Loudry mengaku tidak mau memaksakan ketiga anaknya itu mengikuti jejak sang ayah. Menurut Loudry, ada anaknya yang berbakat di atletik. Karena itu, jika sang anak kepingin, dia akan meminta sang kakak, Lourina Henriette Maspaitella yang menjadi pelatih atletik Jatim dan Indonesia, untuk melatih keponakannya.

Loudry mengungkapkan, jika berbicara voli kepada anaknya, mereka akan trauma. "Sebab begitu ngomong voli, berarti yang ada berpisah dengan papanya," jelas dia. Karena itu, setiap libur Loudry selalu mengajak anak-anaknya jalan-jalan. "Hitung-hitung menebus utang kepada anak-anak saya sewaktu saya menjadi pemain," jelas Loudry.