Jumat, 03 Oktober 2008

Ali Topan Anak Jalanan (24)


LIMA

Ali Topan bangun jam setengah delapan. Rasanya masih ngantuk dan capek. Tapi Mbok Yem ngotot membangunkannya. "Cepet mandi, Den Bagus. Terus sekolah. Sarapan dulu," kata Mbok Yem.

Ali Topan mandi cepat-cepat. Lalu berpakaian cepat-cepat. Ia tak memakai seragam batik yang ditetapkan oleh Kepala Sekolah. la lebih suka memakai jeans saja, walaupun dia seringkali ditegur di sekolah karena hal itu. Dia lewat kamar ayah dan ibunya yang masih tertutup.

"Nggak sarapan, Den Bagus?"
"Nggak! Kata Ali Topan, "aku berangkat, Mbok."
Mbok Yem mengantarkan Ali Topan ke depan. Dia nunggu sampai Ali Topan berangkat dengan motornya. Kemudian dia masuk untuk membereskan kamar Ali Topan.
Mbok Yem mencibirkan bibir ke arah pintu kamar majikan tuanya. Uh, orangtua kok brengsek begitu, gumamnya.
Ali Topan ngebut ke sekolah. la sudah terlambat satu jam pelajaran. Sebetulnya jam pertama dan jam kedua adalah jam Agama Islam. Tapi sudah dua minggu Pak Guru Agama Islam cuti ke Padang. Dan guru-guru jam pelajaran berikutnya suka iseng menggeser maju jam pelaj aran supaya lebih cepat bebas tugas harian.

Ketika Ali Topan sampai di depan pintu kelasnya, suasana memang sepi. Pak Guru Ilmu Aljabar tampak berdiri membelakangi pintu, mengawasi murid-muridnya.
"Selamat pagi, Pak!" kata Ali Topan.
Pak Guru Ilmu Aljabar, Pak Surono, menoleh ke pintu. Ali Topan masuk ke dalam kelas.
"Waduh, ulangan nih Pak. "
"Iya. Kenapa? Kalau tidak mau ikut keluar saja sana!" kata Pak Surono.
"Wah, rugi dong, Pak," kata Ali Topan, "boleh kan saya ikut, Pak?" tambahnya.

Pak Surono yang terkenal acuh tak acuh cuma menganggukkan kepalanya. Ali Topan langsung menuju ke bangkunya. Bobby sudah duduk di bangku itu. Ali Topan tertegun melihat ke bangku belakang. la kaget betul melihat Anna duduk di bangku belakang itu. Gadis manis yang diganggunya di Blok M kemarin, kok bisa nyasar ke situ? Kata hatinya. Anna memandang sekilas padanya. Tampak juga kekagetan Anna. Tapi gadis itu cepat mengalihkan perhatiannya ke soal-soal aljabar.

Ali Topan duduk di bangkunya. Dia menyikut Bobby. "Bob! Itu cewek yang kemaren kita godain?" bisiknya. "Hei! Jangan menganggu orang yang sedang bekerja kau!" suara keras Pak Surono menggelegar. Murid-murid langsung melihat ke arah Ali Topan. Ali Topan menyeringai. Dia mengacungkan tangannya.
"Minta kertasnya, Pak!" kata Ali Topan.
Ali Topan berjalan ke depan, mengambil kertas ulangan.
"Boleh pinjam pulpennya sekalian, Pak? Pulpen saya ketinggalan," kata Ali Topan.

Dia cuma iseng menggoda Pak Rono saja.
“Kau ini ada-ada saja. Kalau nggak punya pulpen ya pakai jari saja!" kata Pak Surono.
Topan nyengir. Dia kembali ke bangkunya, dan menggarap soal-soal ulangan yang ada.

BuatAli Topan tak sulit menggarap soal ulangan itu. Ali Topan adalah murid terpandai di sekolahnya sejak kelas satu dulu. Kecerdasannya di atas rata-rata anak seusianya. ketika masih kecil, belum bersekolah, ia sudah dapat membaca dan menulis. Dan menghitung angka-angka. Bukan hanya menghafal, tapi juga penjumlahan, penguiangan, perkalian dan pembagian bilangan. Sejak kecil ia gemar membaca dan bertanya tentang yang dia baca: Buku-buku cerita, buku-buku pelajaran Boyke dan Windy, majalah-majalah, surat kabar dan bahkan kertas-kertas bekas pembungkus dari pasar dan toko.

Teman-teman dan bahkan guru-gurunya heran, bagaimana mungkin anak berandal yang tak pernah terlihat belajar, tampak santai di sekolah itu dapat menjadi murid terpandai di sekolah. Lagi pula, Ali Topan beberapa kali memenangkan lomba mengarang se-Jakarta yang mengangkat nama sekolahnya. Ketika naik kelas dua, pada upacara bendera, ia disuruh menjelaskan di depan semua murid dan guru-guru bagaimana cara dia belajar.
"Saya ini suka membaca dan menuliskan intisari apa yang saya baca. Dan menyusun daftar pertanyaan apa-apa yang saya belum mengerti. Saya bertanya kepada ayah saya, ibu saya, kakak-kakak saya sampai mereka bosen dan sering marah-marah. Marah-marah itu ternyata karena disebabkan mereka tidak tahu atau tidak mengerti jawabannya. Maka saya bertanya kepada orang lainnya.
"Dan kalau mau tahu, mengapa saya terlihat santai di sekolah, karena semua buku pelajaran selama setahun sudah saya baca dan saya mengerti pokok-pokok isinya. Dan yang penting, tidak semua penulis buku-buku pelajaran itu pandai menyampaikan pengetahuan yang mereka miliki dalam bentuk tulisan.
"Jelasnya, seorang ahli Ilmu Kimia atau Biologi belum tentu pandai menyampaikan ilmu yang mereka dapatkan itu secara tertulis, apalagi dalam bentuk buku. Hingga murid-murid kesulitan mempelajari ilmu itu. Nggak seperti kalau kita baca novel atau cerita silat Cina. Maka, saya sering menyunting atau menuliskan kembali buku-buku itu dengan gaya novel atau cerita silat, hingga saya dapat mengerti dengan jelas tentang ilmu yang diajarkan...," kata Ali Topan.
"Menurut saya, kalau orang mau pinter begitu caranya. Kalau ada di antara teman-teman yang mau mengikuti cara itu, ya ikutin aja...," lanjutnya yang disambut tepuk tangan guru-guru dan murid-murid. Bahkan Dudung dan Gevaert berseru,

"Hidup Ali Topan!"
"Dan... kenapa kalau mengerjakan soal-soal ulangan atau ujian, saya kerjakan yang gampang lebih dulu. Yang pasti bener jawabannya. Yang susah-susah belakangan aja, supaya nggak ngabis-ngabisin waktu. Kalau memang ada soal-soal yang saya nggak tahu jawabannya ya saya nggak jawab dari pada salah. Kalau salah bukannya jeblok nilainya, tapi minus... Bukan begokit Pak Brot Pang ha ha ha ha....," Ali Topan mengakhiri ceramahnya yang disambut tawa riuh rakyat se-SMA Bulungan itu. Pak Broto Pangabean tertawa pula sambil mengepalkan tinju ke arah murid kesayangannya itu. "Kalau aku bukan Direktur di sini sudah ku bilang kimak-lah kau Ali Topan...," gerutunya.(bersambung)

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: