Jumat, 03 Oktober 2008

Ali Topan Anak Jalanan (26)


Wajah lbu Dewi merah padam. Dengan langkah cepat berjalan menuju kantor Direktur Sekolah. Pak Broto yang sedang bekerja terkejut melihat Ibu Dewi memasuki ruangannya dengan langkah cepat dan wajah marah..
"Bapak harus memanggil Ali Topan!" teriak Ibu Dewi, Dia telah menghina saya," sambungnya. Nafasnya tersengal-sengal karena rasa marah yang memuncak.
"Lho, ada apa, Bu?" tanya Pak Broto.
"Ali Topan! Di depan murid-murid lain di kantin, anak Kurang ajar itu menentang saya! Kurang ajar sekali! Apa dia murid istimewa maka dia berani bertingkah semau-maunya di sekolah ini! Bapak harus bertindak! Harus! Kalau perlu keluarkan saja murid biadab itu! Kalau Bapak tidak menghukum dia, saya akan laporkan ke Departemen!" kata ibu Dewi.
"Tenang... tenang Bu Dewi. Persoalan sebenamya apa? Tolong jelaskan dulu... Sabar... minum dulu..."' kata Pak Broto Panggabean.
"Saya menangkap basah dia sedang merokok di kantin! Saya menyuruh dia mematikan rokoknya, dia tidak mau! Malah saya mau dia pecat katanya... Memangnya dia itu siapa?" kata Bu Dewi. "Bapak harus memanggil dia sekarang juga !"
Pak Broto mengernyitkan dahi.
"Hadiiii!" teriaknya.
Hadi, sekretaris umumnya tergopoh-gopoh datang dari meja kerjanya yang terletak di ujung ruang.
"Ya, Pak!" kata Hadi.
"Panggil Ali Topan ke sini. Cepat!"
Hadi tergopoh-gopoh keluar. Setengah berlari ia menuju kelas Ali Topan.
Ali Topan duduk di lantai depan kelasnya. Ia melihat Anna yang sedang bercakap-cakap dengan Maya. Hadi datang tergopoh-gopoh.
"Ali Topan, kamu dipanggil Pak Direktur sekarang juga," kata Hadi.
"Ada perlu apa?" Tanya Ali Topan. "Mana saya tahu?"
"Kamu harus tahu dong apa yang diinstruksikan oleh Boss kamu! Sana, balik lagi, tanya sama Pak Direktur, ada urusan apa mangil-manggil gue!" kataAli Topan.
"Aaaah, ayolah! Nanti saya kena marah nih," kata Hadi mengrajuk. Ali Topan berdiri, lalu berjalan bersama Hadi. Ali Topan masuk ke dalam ruang Direktur. Di situ sudah menanti Pak Broto dan Ibu Dewi dengan wajah kaku. Ali Topan mengangguk pada Pak Broto dan Ibu Dewi. "Selamat pagi," kata Ali Topan.
"Ali Topan! Tau, kenapa kau kupanggil? Kau makin tidak tahu aturan. Kau telah melanggar disiplin sekolah, kau telah berani menghina Ibu Dewi. Paham kau?" teriak Pak Broto.
"Kurang begitu paham, Pak. Harap diperinci satu per satu."
Pak Broto Panggabean diam. Ibu Dewi mengerutkan dahinya.
"Kau tadi merokok di kantin! Kau saya tegur dan membantah dengan cara krosboi! Betul?" kata Ibu Dewi.
“Oooh, kalau itu betul," kata Ali Topan. Dia menampilkan wajah serius. Kepalanya mengangguk-angguk. pengakuannya yang gamblang justru di luar dugaan Pak broto dan Ibu Dewi. Kedua guru itu saling memandang, Bu Dewi melongo, ia kehilangan kata-kata. “Jadi bagaimana?" kata Pak Broto, untuk mengisi suara bengong.
“saya mengaku apa yang saya perbuat pak. Kalau bapak nilai salah, ya saya salah," kata Ali Topan. "Saya pakai cara krosboi karena ibu Dewi juga pake cara cros teacher.”
"Huh! Harusnya anak semacam ini dikeluarkan saja dari sekolah kita!" kata Bu Dewi. la memandang tajam pada Ali Topan.
Jadi, Ali Topan... ng... daftar tentang kelakuan negatifmu di sekolah sudah begitu banyak. Saya tidak tahu lagi mau taruh di mana daftar kenakalanmu ini, dan yang akan datang! Saya tahu, mungkin kau beranggapan dirimu pandai, otak kau lihai dan nilaimu selalu bagus dalam setiap pelajaran. Tapi ... itu semua tidak ada artinya kalau kelakuanmu dapat nilai minus! Kau camkan itu! Nah sekarang, keluar kau!" kata Pak Broto Panggabean. Ucapannya keras betul, tapi heran wajahnya tetap tampak memendam perasaan welas asih.

Ali Topan mengangguk. Dia berjalan keluar tanpa bicara apa-apa lagi. Memang dia sudah bosan bicara, sudah bosan memberikan alasan kenapa dia bersikap begini begitu. Sikapnya yang melanggar peraturan bukan tidak disadarinya, malah dia sengaja membuat tindakan yang "nakal". Soalnya dia sudah sering memprotes beberapa peraturan sekolah dan kelakuan guru-guru yang dia nilai tidak cocok dengan program pendidikan dan pengajaran.

Ali Topan berjalan tenang masuk ke dalam kelasnya. Pelajaran Bahasa Inggris pada jam ke-3 dan ke-4 belum mulai.
Murid-murid sedang menunggu Bu Mary, sang guru Bahasa Inggris. Ali Topan muncul dengan wajah tenang dan berdir di pintu, memandang teman-temannya. Ia memandang Maya, Ridwan, Bobby dan semua teman-temannya yang duduk tenang di bangku masing-masing. Mereka diam, seperti menunggu pidato Ali Topan.
"Anak-anak. Mengapa wajahmu seperti plembungan?" kata Ali Topan.
Grrrrr. Ketawa meledak memenuhi kelas. Suasana yang diam berubah seperti biasa. Ribut kasak kusuk.
"Buset si hostess Dewi cari gara-gara lagi sama gue," kata Ali Topan. Dia berjalan ke bangkunya.
"Emang kenape, Pan? Dendam lama?" Bobby nyeletuk. "Biaseeee ... kita ogah mboooking die tadi malem, eh, dienya marah-marah ..."
Grrr lagi.
"Eh, Pan! Kenape lu ogah mbooking die? Kan bodinya lumayan mulus ... ," seseorang dari belakang berteriak. Ali Topan menoleh ke belakang. Pas saat itu,Anna melihat padanya. Keduanya saling berpandangan. Ali Topan tidak jadi mengucapkan kata-kata kasar tentang Ibu Dewi. Dia melambaikan tangan dengan manis ke arah Anna. "Hallo, sayang ....," bisik Ali Topan. Anna Karenina menundukkan wajahnya.
Ibu Mary muncul di pintu.
"Good morning everybody," sapa Bu Mary seperti biasa. "Good morning, Miss," sahut anak-anak.

Ibu merry langsung duduk di kursinya dan mengabsensi murid-muridnya. Pada giliran nama Ali Topan ia berhenti.
“Ya ada Bu Mary. Saya tidak mbolos ... ," kata Ali dengan kalem. Grrr lagi tak dapat ditahan keluar dari mulut teman-temannya. Ibu Mary pun terpaksa menyunggingkan senyum `Pepsodent'.
"Kamu memang berandal, Ali Topan. Tapi bagus juga kamu sadar, sebelum ditanya sudah mengaku," kata Mary. Dia melanjutkan mengisi daftar hadir muridnya. Lalu segera memulai pelajaran Bahasa Inggris. seperti biasanya juga, ia memulainya dengan,
"Once upon a time...."
“There was a poor boy who living in the house of The rising Sun...," celetuk Ali Topan. Grrr... grrr-an lagi teman-temannya sekelas termasuk Anna Karenina menutupi mulutnya dengan saputangan. "Bengal sekali deh...," bisik gadis itu sambil memandang Maya.
“Sesuai dengan namanya... Ali Topan...," lanjutnya.
"Memang... tapi dia itu jenius... Dan baik hati..," bisik Maya.
"Oh ya?" bisik Anna Karenina. la memandang sekilas ke arah Ali Topan. Matanya ceria. Maya tiba-tiba merasa cemburu.(bersambung)

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: