Jumat, 03 Oktober 2008

Ali Topan Anak Jalanan (25)


Ali Topan benar. Dalam tempo kurang dari setengah jam, ia sudah berhasil menggarap empat dari lima buah soal ulangan aljabar itu. Kemudian dia berhenti menggarap soal kelima. Dia menoleh ke belakang sesaat untuk memandang wajah Anna. Kebetulan Anna pun sedang memandang ke arahnya. Ali Topan mengerjapkan mata ke Anna. Anna melengos dan menggigit sapu tangannya.

Beberapa murid saja yang tahu kerjapan mata itu, termasuk Maya, gadis yang duduk sebangku dengan Anna. Maya itu termasuk gadis sopan, tidak banyak tingkah. Ali Topan suka pada Maya sebagai teman. Diam-diam, Maya mencintai Ali Topan walaupun dia suka mendengar cerita bahwa Ali Topan itu anak keluarga acak-acakan.
Ali Topan menyikut Bobby.
"Pssst! Kok dia nyasar ke sini, Bob?" bisiknya.
"Heh. Kerjain soal dulu deh. Cewek urusan belakang," gerutu Bobby. Bobby sedang menggarap soal terakhir. "Bagi contekannya dooong...," bisik Bobby.
Rupanya soal itu agak menyulitkan Bobby. Dia menengok ke Ali Topan, minta contekan. "Pan, Pan, pssst. Nomer lima kasih tau dooong. Gue kerepotan niih," bisik Bobby.
"lye, Bob! Cakep dienye!" kataAli Topan. Cukup keras, sehingga seluruh kelas, termasuk Pak Surono. Pak Guru itu menengok ke arah mereka. Bobby langsung pias wajahnya. Ali Topan menampilkan senyum blo' on.
"He! Ada apa kau, Ali Topan!" kata Pak Guru.
"Ini, teman saya nanya ...," Ali Topan tak meneruskan kalimatnya.

Pak Surono penasaran. Dia menghampiri Ali Topan dengan wajah marah. "Apa kau bilang?" kata Pak Surono. "Begini, Pak. Bobby nanya sama saya, anak baru itu cakep apa kagak, katanya, saya bilang memang cakep..." Pak guru melotot ke Ali Topan. Lalu ia memandang Anna yang duduk dengan wajah tertunduk dan mengigit-gigit bibir. "Kau ada bakat merayu rupanya...," kata Pak Surono. la tersenyum kecil. Dan murid-muridpun tersenyum lega.

Bel berdentang. Ulangan selesai. Murid-murid menyerahkan hasil ulangan mereka pada Pak Surono, lalu keluar kelas satu per satu.
Bobby berendeng dengan Ali Topan. Wajahnya masih memendam rasa marah. "Lu. Kalau mau matiin kawan jangan begitu dong caranya, Pan," kata Bobby.

"Gue kan hanya just a joke, Bob," kata Ali Topan. Dia menyodorkan rokok pada Bobby. Bobby pun segera mengusir rasa marahnya.
Pak Surono yang baru saja keluar dari kelas, melihat acara pemberian rokok itu. Dia berhenti melangkah, mengambil rokok dari kantongnya. Pak Surono berdehem. Ali Topan menengok Pak Surono. Dengan wajah penuh senyum, Ali Topan mendekati dan menyalakan api buat gurunya. "Mm, terima kasih," kata Pak Surono. Ali Topan mengangguk. Pak Surono terus berjalan menuju kantor guru.

Di kantor Direktur Sekolah.
Pak Broto Panggabean sedang berbincang-bincang dengan lbu Dewi, guru pengawas khusus mengenai kelakuan para murid. Ibu Dewi bukan guru tetap di SMA bulungan 1.
la ditugaskan oleh Kantor Perwakilan Departemen P dan K menyangkut pembinaan remaja intra sekolah.
Ibu Dewi itu cantik, tamatan Fakultas Psikologi Universitas Romusha. la menjadikan murid-murid sebagai penelitian untuk menyusun buku Kenakalan remaja di Jakarta.

"Jadi, bagaimana situasi dan kondisi anak-anak kita akhir-akhir ini, lbu Dewi?" kata Pak Broto Panggabean.

"Menjelang ujian ada kecenderungan surutnya pelanggaran peraturan dan disiplin sekolah, Pak. Tapi tentu kita harus tetap waspada, siapa tahu ada pengaruh dari luar yang memanfaatkan situasi ini untuk mengeruhkan suasana," kata Ibu Dewi.
"Tentu, tentu, kewaspadaan dan security demi stabilitas nasional, heh heh heh, harus ditingkatkan, heh heh ... " kata Pak Broto Panggabean.
"Yang menggembirakan dan membuat iri hati sekolah lain, sekolah kita ini bebas narkotika, Pak. Tapi di lain hal, anak-anak sini terkenal sebagai jagoan ngebut. Ali Topan, Bobby dan beberapa murid perlu diawasi secara khusus," kata Ibu Dewi.
"Tapi bukan berarti kita memperlakukan mereka seperti orang tahanan militer, kan? Heh heh heh..." kata Pak Broto Panggabean setengah bercanda.
"Kalau perlu, apa boleh buat. Demi menjunjung tinggi nama sekolah dan korps pendidik! Bukankah kita ingin agar sekolah ini bebas sepenuhnya dari kenakalan remaja?" jelas Ibu Dewi.
"Betul demikian, namun saya lebih setuju kita pakai metode pendekatan yang lebih lunak, Bu Dewi." Pak Broto mencoba menawar.
"Ah, Pak Broto ingin selalu berlunak-lunak saja. Kita jangan terlalu memberi kemanjaan pada anak-anak yang sudah punya bakat nakal. Preventif lebih baik, bukan begitu Pak? Nah, saya permisi dulu, Selamat pagi," kata Ibu Dewi. la keluar, mengontrol situasi.

Ali Topan duduk di kantin sendiri. Bobby berkumpul dengan teman-temannya yang lain, menunggu jam pelajaran berikutnya.Ali Topan merokok dengan asyiknya. Bibi kantin yang cerewet memperhatikannya.
"Kok masih merokok di sekolah? Kan sudah dilarang? Kemarin banyak anak-anak kena razia. Mereka di-strap oleh lbu Dewi," kata bibi kantin
"Coba aja berani nyetrap gue, gue pecat!" kata Ali Topan. Bibi kantin melotot.
"Heh, jangan keras-keras ngomongnya, nanti kedengaran ibu pengawas," katanya.
"Ala, babe gue aja nggak berani ngelarang gue ngerokok, Bi. Apalagi Ibu Dewi, dia ngempanin gue juga kagak!" kata Ali Topan. Nadanya keras betul.
Ibu Dewi muncul di pintu kantin.
"Siapa yang mau kau pecat heh?" kata Ibu Dewi dengan nada dingin. Ali Topan kaget. la menoleh ke arah Ibu Dewi. Bibi kantin pura-pura mencuci piring kotor. Ali Topan diam. la merokok terus.
"Buang rokok itu, Ali Topan!" kata Bu Dewi. Ibu Dewi menghampiri Ali Topan. Tangannya bertolak pinggang. Ali Topan memandang Ibu Dewi.
"Oooh Ibu. Selamat pagi, Bu," kata Ali Topan. "Buang rokok itu, Ali Topan!"
"Sayang, masih panjang, bu. Tidak ekonomis kalau dibuang," kata Ali Topan dingin.
"Saya perintahkan, buaaaang!" hardik Ibu Dewi.
'Saya tidak biasa diperintah dengan cara begitu," kata Topan dengan tenang. la berdiri meneguk teh nya. la membayar Rp 50 pada bibi kantin, kemudian keluar kantin.
Di dekat pintu, Ali Topan berhenti . Ia mematikan rokok di telapak sepatunya, kemudian memasukkan putung rokok itu di sela-sela kaus kakinya. Tanpa menoleh ia berjalan santai menuju kelasnya.(bersambung)

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: