Jumat, 03 Oktober 2008

Ali Topan Anak Jalanan (22)


Empat

Malam itu pukul sembilan lewat sepuluh menit. Di sebuah jalan raya yang menuju ke kota Bogor, Fiat Sport Pak Amir melaju kencang. Sopir tenang menatap jalanan di depannya. Pak Amir tenang memangku seorang perempuan di jok belakang. PakAmir bukan rapat malam ini, sebagaimana yang dikatakannya pada Mbok Yem. Pak Amir bukan rapat melainkan `rapet'. Perempuan muda belia yang ada di pangkuannya itu seorang pelacur. Dia mengambil pelacur itu dari seorang germo di Jatinegara.

"Oom, bagi rokoknya dong. Emmy pingin ngrokok deh," pelacur muda itu berkata. Mulutnya dimonyongkan ke mulut Pak Amir.
"He he he, rokok sih boleh. Rokok besar apa rokok kecil? He he he .. ."
"Ah, si Oom ini... suka begitu... rokok kecil dong. Rokok besarnya nanti saja."
"Lho, begitu apanya? Kan bener, Oom tanya mau rokok besar apa rokok kecil? Rokok besar itu cerutu, Oom juga bawa, tapi cuma sebatang, kalau rokok kecil ada sebungkus."

Pelacur Emmy mencium jidat "Oom" Amir, Pak amir balas mencium pipinya. Keduanya berciuman. Emmy tak jadi minta rokok. Malah yang merokok klepas-klepus sopir mobil itu, yang bulu kuduknya merinding mendengar cap-cup-cap-cup serta helaan nafas erotis dari majikannya dan gendaknya.

Di depan garasi rumah Pak Amir.
Ali topan memakai jeans putih, kaos oblong biru dan jeans lengan buntungnya. la membawa buku tulis diselipkan di sela pinggang celananya. Barusan Gevart menelepon ngajak belajar bersama. la menyemplak motornya. Mbok Yem geleng-geleng kepala di dekat garasi lihat Ali Topan.
"Nggak usah pergi lagi, Den Bagus. Tadi bapak pesan supaya den bagus di rumah saja. Jangan pergi, Den ...," kata MbokYem.
“Sumpek di rumah, Mbok. Aku mau belajar di rumah Gevaert. Aku pergi dulu ya, Mbok."
Ali Topan menghidupkan mesin motornya. "Daah, Mbok. "
"Daaah: '
Ali Topan melambaikan tangan ke Mbok Yem. Mbok Yem melambaikan tangan ke den bagusnya itu. Ali Topan langsung menggeblas dengan motornya. la tak mau tenggelam dalam kesedihan.
"Ati-ati di jalan Den Baguuus! Jangan ngebuuuut," teriak Mbok Yem. Tapi teriakannya itu ditelan oleh deru knalpot motor. Ali Topan tidak mendengarnya.

Di rumah Gevaert.
Gevaert mengatur buku-buku pelajaran di kamarnya. Dia bersiul-siul lagu sembarangan. Tampaknya gembira betul dia. Tina, kakak perempuan Gevaert muncul di pintu kamar. "Assiiiik deh, bersiul-siul sendiri. Ada apa sih, Vaert? Baru dapet undian harapan ya?" kata Tina.
Gevaert tak menengok. Dia tetap bersiul-siul dan menata buku-bukunya.
"Gevaert! Budeg lu ya? Ditanya orang diem aje!" Gevaert menoleh ke arah Tina. Dia menyeringai. "Eh, orang lu? Gue kirain bukan," katanya, "iye, iye, eh iye besok mau ulangan, jadi gua menyenang-nyenangkan diri dong. Biar kagak grogi Tin! Ng, tulung bikinin kopi sama sediain roti dong, kawan-kawan gue mau studi di sini, Tin," tambahnya.
Tina mencibirkan bibimya.
"Wuuu, enak aje. Emangnye gue babu lu?"
"Yeee, kalau babu cakepnya kayak lu, stimbat tutup dong!"
"Ah sialan lu..."
"Iye deh, sialan ya sialan, cuma tulungin dong. Masa gua yang musti bikin kupi. Ntar rasanya kayak aer comberan dong, Zusye ... ," kata Gevaert, "Yang satu rada enceran ya, buat si Topan. Dienye kagak doyan kupi kentel," tambahnya.(bersambung)

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: