Jumat, 03 Oktober 2008

Ali Topan Anak Jalanan (27)


ENAM

Rumah keluarga Surya di sudut jalan RRI VII No. 88 sekitar 2 km arah Barat dari Blok M tampak lebih megah dari rumah-rumah di kiri kanannya.

Rumah itu bercat putih berarsitektur `klasik' seperti puri di negeri-negeri Eropa. Di berandanya ada dua tiang beton besar kembar yang bentuknya seperti tiang Yunani. Lebar bangunan yang menghadap ke Barat itu sekitar 15 meter.

Halaman depannya ditumbuhi rumput Peking dengan jalanan mobil beraspal dari pintu gerbang ke garasi di sayap kanan gedung itu.
Halaman itu berpagar tembok yang atasnya diberi pecahan kaca. Sekelompok pepohonan pisang merah di sebelah kiri beranda. Di depan beranda ditanami rumpun mawar dan melati. Tak ada satu pun pohon buah-buahan.

Nyonya Surya membuka-buka majalah Femina di ruang tengah rumahnya. Oom Boy sedang membersihkan aki mobil dengan air panas. Jam dinding di rumah itu, yang disetel lebih cepat lima menit, berdentang. Nyonya Surya menutup Femina. Ia melongok ke halaman.

"Booy! Sudah jam setengah satu! Tolong jemput ponakanmu!" teriak Ny Surya. Oom Boy mengangguk. la buang air panas dari teko ke halaman, kemudian melap aki mobil dengan kain kuning.
"Boooy! Ayuuuuh... sudah waktunya Anna pulang ...," teriak Ny Surya.
Boy menutup kap mesin, kemudian ia berlari ke kran mencuci tangannya. Setelah itu, dia berlari ke mobil.
“Cepat pulang, Boy!" teriak Ny Surya yang melongok ke jendela.
"Okey!"

Boy menghidupkan mesin mobil, langsung menancap gas. Mercedes melesat keluar halaman.

Anna berjalan bersama Maya menuju pintu gerbang sekolah. Ali Topan, Bobby, Dudung dan Gevaert menuntun motor masing-masing di belakang mereka.

"Bagaimana kesan hari ini, An?" tanya Maya.

"Yaaah, boleh juga. Anak-anaknya suka melucu ya? Kayaknya enak juga suasana di sini," kataAnna.
"Mudah-mudahan kamu betah," kata Maya, "Eh, rumah kamu dimana sih?" tambahnya.
"Lho, tadi kan udah saya kasih tau. Lupa?"

"Iya, Jalan RRI, nomernya lupa. "
"RRI tujuh, nomer delapan puluh delapan!"

"Ooh, iya. Kapan-kanan boleh main dong?"
"Boleh saja... ng... iya, iya, boleh...," kata Anna, dia agak ragu dengan pembolehannya itu. Maya tidak sempat menangkap keraguan itu, karenaAli Topan menowel tangannya dari belakang.

"Mau bonceng, May? Bobby tuh nawarin. Boncengannya lagi nganggur," kata Ali Topan.
"Ah, takut ah.. Kalian suka ngebut sih," kata Maya.

"Allaaah, bilang aje ogah naik motor. Ngarti deh, anak orang kaya memang begitu. Maunya Mercy terus," kata Ali Topan.
Maya tak mengerti arah tujuan ucapan Ali Topan. la menampakkan wajah bingung. Mercy? Kapan dia punya Mercy? Tapi. Anna yang merasa kena sindir, menoleh ke Ali Topan. Ali Topan langsung mengirimkan senyuman simpatik ke Anna.
"Betul begitu kan, ya Anna?" kata Ali Topan.

Anna Karenina mengernyitkan dahinya. Ia tidak menjawab. la memandang Ali Topan dengan tenang dan berani. Ada keangkuhan tersendiri dari pandangan Anna yang terasa di hati Ali Topan.
"Ooh iya, kita belum kenalan secara resmi. Nama saya Ali Topan. Saya yang nimpuk kamu dengan kulit rambutan di Blok M kemarin," kata Ali Topan.
"Saya sudah tahu," kata Anna Karenina, "terima kasih atas keterus-terangan kamu," tambahnya. Kemudian ia menoleh ke arah Maya, "Maya saya pulang dulu ya? Saya mau naik Mercy, kamu mau ikut?" kata Anna Karenina dengan wajah anggun.
Maya menggelengkan kepalanya. Anna Karenina berjalan cepat menuju mobil Mercy. Oom Boy melambaikan tangan ke arahnya.(bersambung)

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: