Kamis, 15 Januari 2009

Ali Topan Anak Jalanan (84)


"Kamu.... Kamu ke mana?" bisik Anna. .,
"Kamu dengar perkataan saya?" Ali Topan balas berbisik.
Anna mengangguk.
"Kamu mau menurutinya?"
Anna memandang Ali Topan. Perasaannya mengatakan, Ali Topan tengah bertempur dengan hatinya sendiri. Ali Topan sayang padanya, tapi tak mau menghancurkan hubungan antara orangtua dan anaknya. Ali Topan tahu, ia sejak mula tak disukai oleh orangtua Anna Karenina. Puncak ketidaksukaan mereka terbukti dengan hadirnya alat-alat negara yang hendak menangkapnya.

Ia tidak takut. la hanya merasa sedih. Jika orangtua Anna tidak menyukainya, kenapa harus melibatkan alat negara segala? Semua orang menyaksikan adegan itu. Ali Topan membelai rambut, mengusap dagu Anna, dengan lembut. Kemudian ia membimbing Anna, dibawanya ke tempat Tuan Surya.

Baru beberapa langkah, Anna berhenti. la tahu maksud Ali Topan sangat mulia. Ali Topan mengalahkan kepentingan dirinya, demi utuhnya sebuah keluarga.
"Topan...," bisik Anna. Pandangan mereka bertemu. "Kamu dengar Anna. Ada saatnya kita bertemu, ada saatnya kita berpisah. Awan tak pernah abadi menahan sinar matahari. Kau mengerti?" bisik Ali Topan.

Anna tak mengerti. la menggeleng-gelengkan kepalanya. Ali Topan tertawa kecil.
"Nah, lain hari kau akan mengerti..."
la membimbing Anna, menyerahkannya pada Pak Surya.

"Oom, saya sayang pada Anna, dan Anna pun sayang pada saya. Jika Oom dan Tante tidak suka pada saya, sayapun tidak bisa memaksa. Saya cuma berharap, Oom jangan menyakiti Anna. Dia tidak bersalah..," kata Ali Topan dengan gagah.

Tuan Surya mendengus seperti babi. Ia tak mau banyak bicara lagi.
Digamitnya Anna, dibawanya ke mobil. Boy segera menyusul. Lelaki itu dengan sigap duduk di belakang stir mobil. Ny Surya menyusul kemudian, diantar oleh Ika. "Ika boleh ke rumah, Papa?" tanya Ika.

Pak Surya mengangguk-angguk. "Datanglah, datanglah...." katanya berulang-ulang.
Meledaklah kebahagiaan Ika mendengar jawaban ayahnya. Dipeluknya kepala sang ayah. Diciuminya berulang-ulang pipi ayahnya. Pak Surya mengelus rambut anaknya.
Iqbal datang mendekati. Pak Surya menoleh padanya.
"Kau bawa anak istrimu ke rumah malam ini ya...," katanya.
"Terima kasih, Pak," kata Igbal.
"Nah. Kami pergi dulu. Urusan sudah selesai...," kata Pak Surya.
Nyonya Surya duduk di belakang, menghibur hati Anna.
Boy menghidupkan mesin mobil.
Kemudian mereka berlalu, meninggalkan para polisi, suami istri Igbal dan Ali Topan, dengan perasaan dan pikiran yang berlainan.
Agen polisi Kebayoran menepuk pundak Ali Topan dari belakang. "Jiwa Anda besar, Dik," katanya: Ika, Igbai dan tiga polisi yang lain serentak mengangguk, mengiyakan.

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: