Jumat, 19 Desember 2008

Ali Topan Anak Jalanan (83)


"Anna! Kemari kau!" Pak Surya berteriak. Nadanya masih keras dan kaku. Ia seperti tak terpengaruh oleh keharuan yang hadir dari pelukan Ika dan istrinya.
Anna tak beranjak dari tempatnya.
"Anna!"

Anna tetap diam. Hatinya diliputi rasa haru melihat kakak dan ibunya bertangisan melepas kerinduan. Sekuat tenaga dicobanya menahan keharuan itu. Anna berpikir, orangtuanya membawa-bawa polisi untuk menangkap Ali Topan. Maka itu ia bertahan. la tak mau meninggalkan Ali Topan.

Merah padam wajah Pak Surya karena Anna tak mematuhi instruksinya.
la berpaling pada alat-alat negara yang dibawanya, lalu menuding Ali Topan.
"Itu dia yang membawa lari anak saya! Tangkap dia, Pak!" teriak Pak Surya.

Dua polisi Komwilko 74 bergerak ke arah Ali Topan. Mereka menampilkan gaya David Toma yang suka mereka tonton di layar tivi.

"Papa! Apa-apaan sih! Suruh pergi orang-orang ini!" teriak Anna Karenina. la makin menguatkan cekalannya, memeluk Ali Topan. Ali Topan berdiri tegak, matanya tak gentar menatap agen-agen polisi yang mendekatinya.

"Bapak-bapak mau nangkep saya, apa ada surat perintahnya?" tanya Ali Topan.

Agen-agen polisi itu tersenyum. Salah seorang di antara mereka mengeluarkan surat perintah penangkapan dari kantong celananya dan menunjukkannya pada Ali Topan. "Lebih baik adik ikut kami secara baik-baik. Jangan kami dipaksa mengambil jalan kekerasan," kata polisi itu sambil tangan kanannya mengusap-usap gagang pistol yang mencuat dari sarungnya.

"Dia nggak boleh ditangkap! Dia nggak bersalah! Saya yang mau lari ke sini!" Anna membentak polisi itu. "Anna! Tutup mulut kamu!" hardik Pak Surya. la makin tak sabar melihat kelakuan anaknya. Anna menatap ayahnya. Wajahnya menegang. Tiba-tiba ia berteriak, sangat keras" "Kamu jahat, Papa!"

Bagaikan geledek cacian itu menyambar telinga Pak Surya. Mulutnya sampai terbuka, tak bisa omong apa-apa, saking kaget dan gusarnya. Dan, tidak cuma dia. Semua yang hadir tak pernah menyangka, Anna memaki ayahnya secara terbuka.

"Sayaaaang.. . tidak boleh gitu... ," suara lirih Ali Topan terdengar, mengkontra ketegangan situasi. Suara itu lembut, menyelusup sampai ke hati Anna Karenina. Pelan, namun penuh wibawa. Anna sampai mendongak, merasa tak percaya bahwa kata-kata itu keluar dari mulut Ali Topan. Ali Topan tersenyum padanya. Senyuman yang mengandung kesedihan. Anna menangkap sinar sedih di mata Ali Topan.

"Kau pergilah ke ayah dan ibumu... Kau dengar?" bisik Ali Topan. Anna tak sanggup mendengarkan bisikan itu. Kata-kata yang sedih. Kata-kata seorang jantan yang kehilangan kasih-sayang. Sedih, namun tetap bersikap gagah.

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: