Jumat, 19 Desember 2008

Ali Topan Anak Jalanan (82)


Jam berdentang, pukul sembilan.
Sepasang kupu-kupu terbang dekat mereka. Bagus warna bulunya.
"Bakal ada tamu gede nih," kata Iqbal.
"Moga-moga bawa rejeki," sahut istrinya, sambil memandang kupu-kupu yang terbang kian ke mari.

Jam setengah satu, Anna dan Ali Topan datang dari tempat main mereka, persawahan di bagian Timur Depok. Mereka pacaran di sawah-sawah.

Igbal dan Ika tersenyum menyambut mereka. "Sudah capek?" tanya Ika.
"Capek apa? Nggak capek, cuma laper," sahut Anna. "Kalau lagi pacaran memang rasanya nggak capek-capek ya," goda Ika sambil bermain mata dengan suaminya.
"Idih! Bisa aja, Mbak Ika," sahut Anna. Wajahnya bersemu dadu, malu. Ali Topan tersenyum simpul saja. "Nggak usah malu, kita udah paham. Kan kita juga pemah pacaran, ya Pa," Ika masih menggoda.
"Mana Saibun?" Anna mencoba mengalihkan pembicaraannya. la merasa malu digoda secara terbuka oleh kakaknya.
"Sedang main ke rumah tetangga. Belajar cari makan sendiri"' kata Igbal. Bicaranya pelahan, tapi bikin ketawa semua orang.

Saat mereka sedang ketawa-tawa, datanglah kejutan. Terdengar dua buah kendaraan berhenti di depan rumah mereka. Satu Jip Willys berisi empat orang polisi, satu lagi Mercedes Benz disopiri Boy, mengawal Tuan dan Nyonya Surya.

Pucat wajah Anna melihat ayah-ibunya datang bersama alat negara. Ika juga agak gemetar. Ali Topan dan Iqbal tetap tenang.

Tuan dan Ny Surya tampak ragu-ragu turun dari mobil. Masih ada rasa angkuh. Jangankan menginjak rumah anak mantu, sedangkan si anak mantu datang ke rumah minta berkah saja, mereka usir.

Para polisi bersiap. Dua orang polisi dari Komwilko 74, Jakarta Selatan, dua orang lagi polisi Depok sebagai penunjuk jalan.

"Ini rumahnya, Pak!" seorang agen polisi Depok berkata pada Pak Surya. Barulah Pak Surya turun, diikuti istrinya dan Boy. Mereka berdiri. Garang. Iqbal membukakan pintu.
Ika muncul di belakangnya, berlari menyambut orangtuanya.
"Mamaaa! Papaaaa!" seru Ika. la membuka tangannya, hendak memeluk ayah dan ibunya. Tapi wajah orangtuanya tegang. Jangankan menyambut dengan pelukan, tersenyum pun tidak! Apalagi ketika Tuan Surya melihat Iqbal, rasa bencinya kambuh dengan hebat.

"Mana Anna? Suruh keluar dia" hardik Pak Surya.

"Silakan masuk Papa. Silakan Mama...," Ika mempersilakan papa dan mamanya. Airmatanya berlinang-linang.

"Tak Perlu Tak perlu masuk!" kata Pak Surya. Suasana tegang. Ketegangan yang mengharukan.

"Anna di sini, Ika?" suara lembut memecah ketegangan suasana. Suara Nyonya Surya. Ibu ini akhirnya tak mampu menahan keharuan hatinya. Terlalu lama ia memendam kerinduan. Terlalu lama ia mencoba mengalahkan kerinduan itu dengan keangkuhan.

Ika melihat ibunya. Airmatanya bercucuran. sekali mendengar namanya dipanggil oleh sang ibu yang dirindukannya. Tak sanggup berkata-kata, Ika berhambur ke pelukan ibunya. Ny Surya mendekap anaknya. Mereka bertangisan.

Saat itulah Anna Karenina muncul bersama Ali Topan! Anna berdiri di depan pintu. Tangannya mencekal lengan Ali Topan.

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: