Jumat, 19 Desember 2008

Ali Topan Anak Jalanan (66)


"Sejak kau pakai kalung itu, kau suka marah-marah, An” kata Boy. Ucapan yang acuh tak acuh itu justru hebat. Anna membelalak.
“O begitu kau bilang, Boy?" kata Pak Surya,
"Coba kulihat kalungmu, An," ucapnya pada Anna. Pak Surya menjamah kalung di leher Anna. Anna mencoba mengelak, tapi tangan ayahnya sudah menyentuh kalung itu. "Coba buka," kata Pak Surya. Anna diam saja.
"Diguna-gunai melalui kalung itu dia Pa" kata nyonya Surya yang sangat terpengaruh oleh ucapan Boy.
"Coba buka, Papa mau lihat," kata Pak Surya. Anna masih diam. Tapi wajahnya memperlihatkan penolakan yang hebat. la sangat marah pada Boy, benci pada hasutannya yang dipercaya oleh ayah dan ibunya.

Kedua orangtuanya memang sangat percaya pada tahayul. Pak Surya menarik kalung Anna perlahan. Anna bertahan. Berulang-ulang Pak Surya memintanya membuka kalung itu.
"Besok papa belikan kalung emas bermata berlian ganti kalung ini, Anna. Bukalah," kata pak Surya. Anna menggeleng-nggelengkan wajahnya. Air matanya berlinang.
"Biar... biar Anna pakai kalung ini saja, Papa. Papa? Kalung ini tidak ada guna-gunanya... percayalah Papa...," kata Anna dengan bibir bergetar perasaan yang tertekan.
"Aaaah, cerewet!" kata Pak Surya, sambil menyentak kalung itu. Putus! Anna memekik. Lehernya terasa sakit, tapi hatinya lebih sakit lagi. Maka ia pun menangislah. Terisak-isak. Pak Surya menggenggam kalung itu. la mencium-cium benda itu, seperti kelakuan dukun klenik yang sedang mengendus setan.

"Hm. Hm... bau melati... ini pasti ada apa-apanya...gumam Pak Surya. la melihat ke istrinya, lalu mengangsurkan kalung itu. Nyonya Surya membaui kalung itu, mengendus-ngendus dengan penuh semangat. Pikirannya sudah dipenuhi oleh guna-guna. Begitu terbaui olehnya bunga melati, ia pun mengangguk-angguk. la menoleh ke Boy. Boy melirik Anna dengan gaya sinis betul. "Kemenangan" menyertai tatapan sinisnya itu.

Anna Karenina tak tahan melihat kelakuan mereka. Dongkol, tapi merasa sedikit geli. Tentu saja kalung itu bau melati, karena memang diolesinya kalung Ali Topan itu dengan parfum Jasmine yang bau sari melati. la ingin menjelaskan hal itu, tapi ketika dilihatnya ayah ibunya seperti dukun, ia membatalkannya.

"Untung Boy memberi ingat. Kalau tidak, bahaya! Bisa kecolongan lagi kita," kata Nyonya Surya. Pak Surya mengangguk-anggukkan kepalanya, seperti burung kuntul ikut-ikutan mengangguk-angguk. Anna ingin meludahi muka Boy. Ingin sekali.

“Bawa anakmu ke Mbah Ruspi, Ma," kata Pak surya. Mbah Ruspi yang dimaksudkannya itu adalah orang tua yang menjadi dukun keluarga.
“Tidak mau!" kataAnna dengan keras.
“Tuh tuh guna-gunanya masih nempel,” kata Nyonya Surya. Pak Surya langsung mendekati Anna. Disentuhnya Anna, dengan maksud meraba-raba "setan" yang menyarangi Anna. Anna menepis tangan nya.
"Wah, setannya bandel betul! Melawan!" kata Pak surya.

Gila betul orangtua ini. Dia menangkap tangan Anna. Lalu dipegangnya kuat-kuat. Pikirannya dipenuhi angan-angan kalo anaknya kena guna-guna. Sebelah tangannya mengusap dahi Anna. Anna memejamkan matanya. Ia tak sanggup menahan kesedihan hati yang bercampur rasa marah yang sangat. Perlakuan orangtuanya sungguh keterlaluan.la cuma bisa menangis. Terisak-isak.Pak Surya melepaskan sentuhannya. la membiarkan Anna menangis.Malah ditontonnya anaknya yang sedang menangis.

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: