Jumat, 19 Desember 2008

Ali Topan Anak Jalanan (60)


Di kantor Direktur SMA Bulungan 1, Ali Topan dan Anna Karenina duduk menghadap Pak Broto Panggabean. Ibu Dewi duduk di kursi, di dekat pintu.

Hadi datang, tergopoh-gopoh. Langsung memberi laporan pada bossnya. "Suratnya sudah saya sampaikan ke rumah Anna Karenina, Pak. Sebentar lagi mungkin mereka datang," kata Hadi.
"Orang tua Ali Topan?" tanya Pak Broto Panggabean. "Saya tidak tahu, Pak. Tapi suratnya sudah saya sampaikan pada MbokYem," kata Hadi.
"Mbok Yem? Siapa dia?" tanya Pak Broto. "Itu...itu... pembantu rumah Ali Topan, Pak," kata Hadi.
"Oh ya? Baiklah," kata Pak Broto. Hadi lantas ke luar dari ruang itu.

Pak Broto Panggabean memandang Ali Topan. "Ke mana orang tua kau, Ali Topan?" tanyanya.
"Saya tak tahu, Pak. Jika mereka pergi tak pernah memberi tahu saya," sahut Ali Topan. Pak Broto, Ibu Dewi, dan Anna Karenina terkejut mendengar jawaban Ali Topan yang tegas itu.
"Jangan asbun kau!," kata Pak Broto. Beliau melotot ke arah Ali Topan.
"Bukan asbun, pak, tapi fakbun," kata Ali Topan. "Apa itu fakbun?"
"Fakta bunyi !"

Heh heh heh, Pak Broto tertawa terkekeh kekeh. Ketawanya yang spontan itu mengejutkan Ibu Dewi. Ibu guru centil itu melotot. Ha ha ha. Ali Topan tertawa. Lalu diam. Ibu Dewi makin sengit. Ia merasa diledek.

Ibu Dewi melotot, merengut, wajahnya merah menahan marah. Tapi Ali Topan cengar-cengir saja. Beberapa waktu kemudian, Hadi masuk, mengiring Nyonya Surya dan Boy. Nyonya Surya terkesiap melihat Ali Topan dan Anna.
"Selamat pagi. Selamat pagi. Mari. Silakan," kata Pak Broto. Nyonya Surya dan Boy masuk, diperkenalkan lebih dulu dengan Ibu Dewi.

Nyonya Surya dan Boy masih menatap Anna dan Ali Topan.
"Ada apa ini, An," kata Nyonya Surya dengan nada dingin. Pak Broto menyela. "Aaa, begini... silahkan duduk dulu. Begini... sebetulnya tidak ada perkara yang serius, tapi Ibu kami undang untuk sekedar konsultasi saja mengenai... mengenai... putri Ibu..," kata Pak Broto.
"Anna! Kau bikin apa di sini ha?!" Nyonya Surya menghardik anaknya. Lalu dia menuding Ali Topan dan berkata keras: "Kamu bikin apa sama anak saya? Memang kamu anak kurang ajar!"
"Sabar, sabaar, Ibu. Biar Ibu Dewi menjelaskan duduk perkaranya," kata Pak Broto Panggabean. Hati ibu dewi ini agak menyesal melihat perkembangan yang tidak enak. Harusnya dia kelarkan saja persoalan, tanpa membuat pertemuan semacam ini. Tapi semuanya sudah telanjur.

Ibu Dewi dengan lancar tentu dengan tambahan bumbu-bumbu penyedap kata-kata dan mimik yang dramatis. Tak percuma dia ikut grup teater tatkala kuliah di IKIP dulu. Dramatis betul suasana dibikinnya.

"Begitulah, Ibu surya. Saya selaku guru pengawas yang ditugaskan langsung oleh Departemen merasa bertanggung jawab penuh atas nama baik sekolah ini, dan untuk mecegah supaya murid-murid tidak terjurumus ke jurang kenistaan kenakalan remaja," demikian kata penutup Ibu Dewi. nyonya Surya, Boy dan Anna tampak tegang. Tapi Ali Topan malah tersenyum kecil.

"Ibu Dewi, tadi itu ada kesalahan kecil. Bukan terjuremus, tapi terjerumus," kata Ali Topan.
Ibu Dewi melengak. Demikian pula hadirin lainnya. Mulut Ibu Dewi terbuka. Sebelum ia bicara, Ali Topan sudah buka mulut: "Menurut tata bahasa Indonesia yang baik, pembicaraan Ibu Dewi agak kurang teratur, hingga sulit dipahami maknanya," Mak! Langsung wajah Ibu Dewi merah seperti muka orang Belanda kesentrong sinar mentari.
"Kurang ajar!" perkataan itu ke luar dengan dahsyat dari mulut Ibu Dewi. Seluruh emosinya meledak. la tak tahan menerima aksi Ali Topan. Ia pikir kemarahannya sudah setinggi langit, tapi Ali Topan bergeming. Soal tata bahasa masih sempat dibawa-bawanya. Benar-benar kurang ajar!

Ibu Dewi menghentakkan kaki, lalu ke luar ruang. la tersedu sedan. Suasana di dalam ruang jadi hening. Langkah-langkah Ibu Dewi yang nyaring merupakan ilustrasi suara yang terdengar. Tek tok tek tok tek tok. Makin jauh, makin berkurang bunyi hak sepatu lancipnya menjejak lantai koridor sekolah.

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: