Jumat, 19 Desember 2008

Ali Topan Anak Jalanan (78)


la berjalan ke pohon mahoni di tepi jalan di depan rumahnya. Dari situ ia menoleh, memandang ke arah rumah. Cahaya lampu menerangi halaman. Genting-genting hitam. Hatinya tercekat, dilanda kesedihan, ketika melihat rumahnya. Ingin ia tetap tinggal. Tapi perasaannya tak sanggup menahan tekanan yang dilancarkan oleh orangtuanya. Apalagi ada Boy, manusia yang tak disukainya.

Suara tawa ayahnya memenuhi udara. Terbahak-bahak. Anna menggigit bibirnya. la muak pada suara itu. Suara tawa orang yang egois dan kejam. Tanpa buang tempo lagi, Anna berlari menyeberangi jalan. Sebuah taksi kebetulan lewat. Distopnya.
"Ke mana?" tanya sopir taksi, setelah Anna masuk ke dalam taksinya.
"Ke rumah Maya!" sahut Anna, tanpa sadar. "Ke rumah Maya? Di mana?" tanya sopir taksi.

Anna menyebutkan alamat Maya. Pak sopir taksi mengantarkannya, tanpa banyak bicara. Taksi berhenti di depan rumah Maya. Argometer menunjukkan Rp360. Anna memberikan Rp500.
"Nggak usah dikembaliin," katanya.
"Terima kasih. " Taksi pergi lagi.

Anna Karenina berdiri, melihat arlojinya. Jam 21.07. Sesudah taksi menghilang di tikungan, Anna masuk ke rumah Maya.
Pembantu rumah membukakan pintu untuknya.
"Lho, Neng Anna? Sama siapa malem-malem ke sini? Neng Maya lagi nonton pilem sama bapak dan ibu," bisik Bik Isah, pembantu rumah Maya.
"Pergi?"
Bik Isah mengangguk.
"Ada perlu penting?" Anna berpikir sebentar.
"Boleh pinjem telepon, Bik?"
"Boleh, boleh. Silakan."

Anna diantarkan ke tempat telepon. Bik Isah memperhatikannya dengan heran.
"Rupanya seperti sedang bingung, Neng?"
"Ah, nggak ada apa-apa, Bik!" kata Anna sambil memutar nomer tilpon.
Ali Topan sedang mengambil apel dari lemari es, ketika tilpon berdering. Mula-mula dibiarkannya deringan itu. Lama-lama ia merasa risi.
Ia pergi ke tempat telepon, dan mengangkat gagangnya. Lantas ia terkejut ketika mendengar suara Anna.

"Halo! Anna! Apa kabar?"
Secara singkat Anna membeberkan kisahnya.
"Okey! Okey! Aku datang!" kata Ali Topan. Kemudian, tanpa membuang tempo lagi, ia bergegas ke kamarnya, mengambil jaket, lalu keluar mengambil motornya.

Kurang dari lima menit, Ali Topan sudah sampai di rumah Maya. Dijumpainya Anna yang menunggu di kamar tamu.
"Haiii..." "Hai. . ..." Keduanya berhai-hai dan tertawa riang. "Kangen deh."
"Aku juga kangen. "

Mereka tertawa lagi. Lalu saling berpegangan tangan. Saling memandang. Keduanya tak mampu berkata-kata lagi. Sorot mata penuh kerinduan telah berarti sangat banyak.
"Hem! Hem!" Bik Isah berdehem dari pintu. Ali Topan dan Anna baru tersadar bahwa mereka sedang berada di rumah orang.
"Yuk, kita pergi," kata Ali Topan.
"Yuk," kata Anna.
Mereka pamit pada Bik Isah.
"Lho, nggak nunggu?" Bik Isah nyeletuk.
"Nunggu siapa?" Tanya Ali Topan.
"Nunggu diusir."
"Sialan lu, Bik! Becanda kaya anak-anak sekolahan aje," kata Ali Topan. Tapi ia tidak marah.

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: