Jumat, 19 Desember 2008

Ali Topan Anak Jalanan (70)


Maya bercerita perihal Anna Karenina yang setiap hari nampak sendu dan merana, perihal ulangan ulangan yang membadai menjelang ujian, perihal Ibu Dewi yang makin
merajalela dan perihal macam macam yang bisa diceritakan.
"Wah, kasihan kekasih hati pujaan jantung gua, May," kata Ali Topan, "hatinya tersiksa menanggung derita. Tapi tolong bilang sama dia, May, jangan kuatir tentang nasib gua, gua cukup makan, cukup minum dan istirahat nyenyak."
"Anna kuatir kalau kamu nggak lulus ujian nanti. Si Meinar malah bilang sama Anna, kalau perlu dia mau lapor papanya, supaya urusan skorsing kamu ditinjau kembali. Kan papa si Meinar jendral di Hankam. Tapi cewek kamu nggak mau," kata Maya.
"Wah, betul itu, jangan bawa bawa Hankam deh buat soal sepele kayak gini, entar diketawain marmut kan repot kita? Jangan deh, jangan mengundang kekuatan luar. Tapi bilang sama Meinar, gua mengucapkan terima kasih atas i'tikad baiknya," kata Ali Topan. Terharu perasaannya mendengar rencana Meinar, teman sekelasnya yang cukup dahsyat itu.
"Terus kamu nggak belajar? Nanti gimana dong kalau nggak lulus, mengulang lagi setahun?"
"Soal belajar kan nggak cuma di sekolahan, Maya. Apalagi sekolahan brengsek begitu, keseringan sekolah bisa miring otak kita. Pokoknya, kalau gua nggak lulus ujian nanti, lu boleh sunat gua lagi."
"Ih! Geli!"
Ali Topan ketawa.

Maya menutup mulutnya dengan tas sebolahnya, menahan tawa pula. Rasanya, kata-kata paling jorok pun yang keluar dari mulut Ali Topan, indah kedengaran di kupingnya.

Mereka sudah sampai di pelataran Pasar Melawai. Di dekat tempat parkir motor, Ali Topan melihat petugas keamanan yang galak, melihat ke arahnya. Sinar mata orang itu tampak mencorong, mengandung amarah. Di sebelahnya ada seorang temannya lagi yang juga mengawasi Ali Topan. Bekesiur hati Ali Topan, merasakan gelagat yang kurang cocok dengan seleranya saat itu. Ada Maya, tak enak bikin setori.

Tapi Ali Topan bukan Ali Topan namanya, kalau di saat gawat tidak menemukan akal kancil. Sekira tiga langkah sampai di depan petugas keamanan itu, ia memandang Maya dengan serius. Lalu is berkata dengan nada keras.
"Papa si Meinar pangkatnya Mayor Jendral apa Letnan Jendral, May? Rasanya udah naek pangkat dong dia. Masa dari dulu cuma Mayor Jendral terus? Kan kariemya di Hankam hebat tuh!"

Maya memandang Ali Topan dengan perasaan heran. Yang lebih heran, sampai mundur selangkah, adalah dua petugas keamanan. Mendengar Ali Topan menyebut jendral, ngerilah hati mereka. Lantas beliau-beliau itu pura-pura membuang muka ke atap Pasar Melawai.

Ali Topan berjalan dengan gaya koboy, mengambil motornya. Dihidupkannya motor, dan sengaja dimainkannya gas motornya sekeras-kerasnya, hingga Maya menutup kuping dan berteriak-teriak. la baru berhenti berteriak setelah Ali Topan menormalkan gas motomya.
"Kalau mau ngebut saya nggak mau diantar pulang, mendingan jalan kaki," kata Maya, mengajuk.
"Sorry boy."
"Boy lagi, emangnya gua cowok."

He he he he he he he. Ha ha ha ha ha ha.. Hu hu h u hu hu hu hu. Ho ho hi hu ho ho hi hu. Ali Topan: kumat urakannya. Sepanjang jalan ke rumah Maya ia tertawa renyah
bak kicauan burung kukuk beluk. Jalan motor dilambatkannya hingga Maya senanglah hatinya. Berbunga betul hati Maya bisa memeluk pinggang Ali Topan. Rasanya, matipun tidak penasaran.

Ketika motor sampai di rumah Maya, buyarlah lamunan indah gadis itu. Pelukan tangannya di pinggang Ali Topan merosot otomatis. Wajahnya rada tersipu-sipu bak wajah perawan dicolek penyamun.
"Mampir dulu?" kata Maya.
"Makasih deh. Lain kali saja. Oom masih ada urusan laen," kata Ali Topan. Sembari melepas senyum bertendens, ia memacu sepeda motornya. la bermaksud menjenguk sahabatnya, Bobby, mau nanya soal-soal ulangan dan catatan-catan pelajaran sahabat itu.

Bobby sedang mendengarkan kaset Dino, Dessy and Billy, ketika Ali Topan nongol di kamarnya.
"Hello friend, apakah revolusi sudah selesai?" tegur Ali Topan sembari menyelipkan sebatang Dji Sam Soe di bibirnya.
"Hai, revolusi mendingin karena Che Guevara sedang diskors oleh Fidel Castro," sahut Bobby.
"Bagaimana dengan konsep-konsep penanaman modal, Aljabar dan Kimia Organik dalam rangka pembangunan ujian kita?"
"Ada tuh di tas gua. Lengkap dengan data-data komisi buat pejabat yang berwenang memutuskan."

Ali Topan melemparkan sebatang Dji Sam Soe ke arah Bobby yang tetap duduk relaks di tempat tidurnya. "Apakah LNG-nya bisa dirojer?"

Ali Topan melemparkan korek api cap orang keling mikul kendi. Bobby menyulut rokoknya dengan gaya teknokrat.Gaya tinggi.

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: