Jumat, 19 Desember 2008

Ali Topan Anak Jalanan (61)


Kelas-kelas yang dilewatinya hening. Para murid dan guru melongok sejenak. Melihat kelebatan Ibu Dewi, mereka menerka, pasti ada sesuatu yang terjadi.

Ibu Dewi ke luar dari gedung sekolah. la memanggil taksi President yang lewat. Taksi berhenti. Sopirnya membukakan pintu. Ibu Dewi masuk ke dalam. "Ke Jalan Jendral Sudirman. Departemen P dan K,""kata Ibu Dewi. Sopir taksi manggut, kemudian menancap gas taksinya.

Di ruang direktur, suasana terasa runyam bagi Anna Karenina. Seujung kukupun ia tak menyangka kalau situasi berkembang ruwet begitu. la baru tahu dan yakin akan "Siapa Ali Topan," sebagaimana diceritakan oleh Maya. Ali Topan itu sudah ditebak adatnya, 'Nyentrik sih,' demikian kata Maya. 'Dia sebetulnya anak yang baik. Tapi suka nekat. Dan nekatnya nggak ketulungan.' Begitu rekomendasi yang diterima Anna, pada hari-hari yang lewat.

Ali Topan duduk dengan gaya masa bodo. la sedikitpun tidak memandang ke arah Nyonya Surya dan Boy. Sekilas tadi, waktu masuk, ia melirik mereka, dan menangkap sinar mata yang tak enak buat dipandang. Makanya ia tak menggubris mereka. la duduk dengan tenang, menggosok-gosok dengkulnya.

"Heh! Ali Topan! Kau benar-benar trouble maker! Aku tak bisa bicara apa-apa lagi. Rasanya aku cuma ingin menempeleng kau. Tapi aku tahu itu tidak pantas," kata Pak Broto Panggabean. Nadanya dingin.

Ali Topan acuh tak acuh saja. Dia mengartikan omongan direktur sekolah itu secara lain. Pak Broto tak berani menepelengnya, sebab, dulu pernah ada peristiwa, Pak Idris, guru olahraga menamparAli Topan, kemudian, sehari sesudah peristiwa itu, Pak Idris digebuki berandal-berandal Pasar Melawai. Mengingat itu, Ali Topan tersenyum.
"Kenapa kau tersenyum, heh?" tanya Pak Broto. Ali topan menoleh, memandang tepat di antara dua biji mata direktur sekolahnya. Lalu ia tersenyum lagi, senyuman orang susah diterka Pak Broto, apakah senyuman itu asal senyuman, ataukah senyuman menganggap enteng.
"Kau keluarlah! Nanti kutempeleng kau!" hardik Pak broto. Ali Topan berdiri. Tapi ia tidak beranjak dari tempatnya. la menoleh ke arah Anna Karenina. Gadis itu pucat pasi. Wajahnya melukiskan kecamuk perasaannya.
"Anna juga boleh ke luar, Pak?" Tanya Ali Topan sambil menoleh ke arah Pak Broto.
"Anna tetap tinggal di sini!" Nyonya Surya berteriak. Tangannya mencekal lengan Anna.
"Saya harap Anna tidak dijatuhi hukuman apapun akibat peristiwa ini, Pak Broto. Semua kesalahan atas rekening saya," kata Ali Topan.

la melirik Pak Broto, kemudian melangkah ke pintu. Boy menghadang di pintu. Wajah Boy tegang, matanya mengandung sinar kebencian yang hebat. Ali Topan berhenti tepat di depan Boy. Boy masih menghadang.
"Numpang lewat," kata Ali Topan. Tapi Boy tetap menghadang. Pelahan Ali Topan menengadah. Sinar matanya menyapu wajah Boy. Boy bergidik melihat sinar mata Ali Topan yang sangat beringas. Tanpa sadar dia menyingkir ke tepi. Ali Topan mendengus, lalu berjalan ke luar. la kembali ke kelasnya.

Walaupun ia sudah tidak berada di ruang Direktur, tapi `wibawa' dari sikapnya membuat orang-orang di ruang itu terpaku. Pak Broto mengusap-usap dagunya, Nyonya Surya dan Boy saling memandang, dan Anna Karenina menunduk. Masing-masing berpikir tentang Ali Topan.
Akhimya Boy bicara. "Anak begitu mustinya dipecat saja dari sekolah ini, Pak. Kalau tidak, dia bisa bikin hitam nama bapak dan jadi racun bagi murid-murid lain."

Nyonya Surya menyambung, "Itu sangat betul, Pak. Lihat saja, anak saya jadi korbannya yang entah yang ke berapa. Dan ibu guru tadi... Ibu Dewi, dibuatnya begitu sedih."

Pak Broto diam saja. Kepalanya manggut-manggut macam burung kuntul di tengah sawah. Manggut-manggut itu gayanya yang khas, dan tidak selalu berarti mengiyakan pendapat orang lain.

"Yah. Begitulah. Saya tidak bisa bicara apa-apa lagi. Kita tunggu berita dari Ibu Dewi. Saya kira dia akan melapor ke Departernen P dan K. Nah, terima kasih atas kedatangan Ibu. Saya harap komunikasi begini bisa dilanjutkan demi kebaikan bersama, guru, orang tua murid dan si murid sendiri. Begitu?" kata Pak Broto. la ingin mengakhiri pertemuan.

"Tapi, bagaimana selanjutnya? Harus ada sanksi berat untuk anak berandal itu. Kalau tidak, Saya bisa bikin besar ini perkara. Saya kenal orang-orang berkuasa di Hankam. Jadi, betul-betul bapak harus bertindak," kata Nyonya Surya. Pak Broto manggut-manggut lagi menyungging senyum yang khas Medan.

"Ibu tunggu kabar saja," katanya. Kemudian ia berpaling ke Anna dan berkata, "Nah, Anna boleh kembali ke dalam kelas. Seperti kata Ali Topan tadi, kesalahan semuanya atas rekening dia. "

Anna Karenina mengangguk. la berpaling ke arah ibunya. Nyonya Surya memandang pula kepadanya. Boy ikut melihat Anna.
"Lebih aman kau pulang saja sekarang, Anna," kata Boy. Anna menatap mata Boy, lalu dengan gaya tidak senang, ia melengos.
"Iya, begitu juga baik. Ayo, Anna, ambil tas kamu," kata Nyonya Surya, kemudian ia berpaling ke arah Boy, :"Boy, kawal dia," katanya.

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: