Jumat, 19 Desember 2008

Ali Topan Anak Jalanan (64)


Dulu mamanya nggak begitu. Masih biasa-biasa saja. Seperti mamanya waktu ia masih kecil. Meskipun cerewet, dan kalau bicara membentak-bentak, tapi masih waras.

Mamanya berubah sejak tahu suaminya main perempuan. Dia jadi kacau. la tidak berteriak. la hanya terisak-isak. la tak mau teriak kepada ibunya, walaupun sekujur tubuh dan isi jiwanya ingin berteriak, Hentikan, hentikan semua kegilaan di rumah ini!!! la memejamkan mata sejenak dan menarik napas panjang-panjang. Kedua tangannya mengepal.

Ditinjunya berkali-kali untuk melampiaskan tekanan perasaan dalam jiwanya.Akhirnya ia terkulai lemas.Perlahan dibukanya kelopak matanya. Bibirnya terbuka. la menyebut nama Tuhan.

Lalu ia berjalan mengambil celana blue jeans dan jaketnya. Dikenakannya pakaian itu, kemudian sepatunya. Dengan tubuh terkulai ia pergi ke kamar mandi. Diciduknya air, diusapnkan ke wajahnya. Demikian berkali-kali. Sesudah itu ia menyenduk air dengan tangannya, untuk berkumur-kumur. Lalu ia keluar.

Tak lama kemudian, Ali Topan naik motor meninggalkan rumahnya. la ngebut! Ali Topan memacu motornya di jalanan. Wajah muram. Pikirannya kusut. la merasa sebagai anak malang di Jakarta.

Dalam keadaan risau begini, ia ingin sendiri. la tidak membutuhkan siapapun. Tidak Gevaert, tidak bobby dan tidak Dudung! walaupun mereka teman-teman sepermainan, ia sedikit sekali bicara tantang keadaan rumah.
Teman-temannya itu mendengar rumah tangganya yang kacau balau, tapi bukan ikut merasakan ada di dalamnya.

Kebayoran memang bukan sekecil Subang, urusan permainan seks-gelap, seperti yang oleh kedua orangtuanya, rasanya setiap Kebayoran tahu. Terutama ikhwal ibunya, yang sebutan Tante Dun Hill karena selalu merokok setiap pemuda hidung belang rasanya belum ada yang belum pernah pergi dengannya, begitu kelakar Kebayoran.

Dan ayahnya? Tak ada rotan, akar pun mereka. Artinya, tak ada perempuan lacur,ABG pun jadi.

"Gilak!" teriak Ali Topan.

Ia kaget sendiri mendengar teriakannya, sebab pengendara mobil di sampingnya melotot ke arahnya, kaget. Ali Topan mengebutkan motornya di antara mobil sedan di jalur cepat Jalan Raya Jendral Sudirman. harusnya ia masuk ke jalur lambat, tempat khusus bagi pengendara motor yang dicampur dengan biskota.

Tapi ia peduli jalur lambat. Ia ingin cepat. la tak peduli sumpah-serapah oom-oom di dalam mobil yang marah karena mematuhi aturan lalu lintas jalan raya. la sedang kesal.ali topan mengebutkan motornya di antara kendaraan lainnya kecepatan 80 sampai 90 km per jam. Ia terus bablas. Lewat kolong jembatan Semanggi. Dua lalu lintas yang sedang patroli menudingnya. Tapi masa bodo saja. la menggeblas terus. Polisi mengejarnya.dari Bendungan Hilir ia masuk ke jalur lambat. Kecepatan motornya dikuranginya. Ia menyelipkan motornya bis PPD, hingga polisi patroli kehilangan jejak.

Polisi itu celingukan, mencari-cari Ali Topan. la heran, anak tanggung itu menghilang. la tidak tahu bersembunyi di balik bis kota.

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: