Senin, 15 September 2008

Ali Topan Anak Jalanan (15)


Pak Amir menengok ke arah anaknya. Ali Topan tepat membalikkan badannya dan mereka pun bertatapan. Sinar mata Ali Topan menatap mata ayahnya seperti orang asing.
"Ada apa papa?" kata Ali Topan. la melangkah mendekati tempat duduk ayahnya.
“Duduk situ papa mau tanya sesuatu!" kata Pak Amir. Topan duduk di depan ayahnya. "Tanya ape?"
“Kemane saja kamu? Gini hari baru pulang."
“Biasa-biasa saja,Pa"
“Biasa-biasa saja bagaimana? Kamu ini kalau ditanya orangtua, selalu menjawab seenaknya saja. Biasa-biasa, jawaban macam ape itu! Sembarangan!"

Ali Topan melihat ke arah ayahnya. Dengan gaya santai mengangkat kakinya dan mencabut sebatang rokok dari tempat "khas" itu. Ia nyalakan rokok dengan korek api Ronson milik ayahnya yang tergeletak di meja.

“Gaya kamu itu lho yang bikin orang nggak tahan! Tahu ape tidak kamu? Gaya kamu itu macemnya koboi tengik. Sama sekali tidak ada respeknya sama orangtua. Ada orangtua duduk, dilewati saja tanpa bilang numpang lewat kek atau permisi kek atau kentut pun tidak. Nyelonong saja. Apa kamu menganut model Slonong Boys ya?" kata Pak Amir. Kesal betul die.
"Abis kalau nggak ada perlunya bilang apa-apa, mau bilang apa? Saya bosen basa-basi. Soalnya.. ."Terbayang olehnya foto-foto mamanya di kolam renang.
"Soalnya kenapa? Soalnya kamu saja yang tidak tahu aturan. Apa di sekolahmu memang tidak diajar etiket dan sopan santun!"
"Udah, udah deh, nggak usah bawa-bawa sekolah, etiket atau sopan santun segala. Percuma belajar sopan santun kalau yang mengajari juga tidak mau memakai sopan santun itu," kata Ali Topan. Dia hendak bangkit, tapi ayahnya menyuruh tetap duduk. Geram betul Pak Amir mendengar omongan anaknya yang dianggap asal bunyi itu. la tak tahu rasa hati anaknya.
"Dari mana kamu?" kata Pak Amir. Nadanya melunak. "Biasa. "
"Kamu nggak punya persediaan kata-kata lain kecuali biasa-biasa itu, he? Gayamu itu lho, bikin orangtua pusing. "
Ali Topan diam saja. Dia menikmati rokoknya dengan gaya orangtua. Matanya mengawasi asap rokok yang dibuatnya bundar-bundar.
"Jadi kebiasaan sekolah sekarang ini berangkat pagi pulangnya malam, begitu?" kata ayahnya.
"Iya. Seperti orang kantoran," kata Ali Topan. "Orang kantoran bagaimana?"
"Banyak teman saya bilang, bapak mereka kalau berangkat pagi, pulang ke rumah pagi lagi. Kadang-kadang nginep di motel sama cabo!"

Alis Pak Amir terangkat tiba-tiba. "Kau nyindir aku, heh?" katanya. Matanya melotot. Wajahnya merah seperti tembaga. Dia merasa tersindir betul.
Ali Topan menatap mata ayahnya dengan hati mantap.
Kemudian ia berdiri dan berjalan meninggalkan sang ayah yang tiba-tiba berlagak seperti orang pilon. Ali Topan masuk ke kamarnya. Ayahnya berjalan ke kamar mandi. Mbok Yem melihat dari celah pintu dapur.

Di dalam kamar, Ali Topan menekan tombol lampu di dekat pintu. Plap! Lampu menyala, kamar jadi terang benderang. Ali Topan tegak menatap ruang pribadinya itu. Matanya redup memendam keperihan. Tapi mata itu tiba-tiba menyala ketika memandang sebuah poster besar yang terpampang di dinding, di atas tempat tidumya. "A house is not a home," demikian kalimat di poster itu.

Ali Topan membeli poster itu dari sebuah toko di Blok M. Poster itu ia beli dengan uangnya sendiri, sebagai hadiah ulang tahun untuk dirinya sendiri. Barangkali lucu, tapi begitulah halnya. Poster itu berukuran 70x90 cm, bergambar sarang laba-laba di atas dasar hitam. Tulisannya kelabu muda.

Sebuah radio merk Phillips terletak di meja kecil di dekat tempat tidumya. Radio itu juga merupakan teman sekamar Ali Topan, sebagai penghibur hati. Pemancar radio yang disukainya adalah Bonaparte dan Juliet & Romeo (J&R).

Bonaparte yang terletak di Jalan Leuser disukainya karena selalu memutarkan musik pop dari The Beatles dan Koes Bersaudara yang dikaguminya. la memang penggemar fanatik The Beatles. Sedangkan J&R yang terletak di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, disukainya karena studio itu pintar memilih musik yang cocok dengan suasana untuk mengiringi pembacaan syair lagu-lagu folk, balada dan country tahun 60-an, 70-an dan lagu-lagu pop.(bersambung)

sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: