Selasa, 23 September 2008

Ali Topan Anak Jalanan (20)


Tommy menancap gas. Mobil melaju ke arah Tebet. Di situ ada penginapan Garden, tempat orang-orang memadu cinta gelap.

Di rumah, kesepian menggerayangi hati Ali Topan. Suasana sepi seperti itu begitu sering melingkupinya. Rumah kosong, ayah dan ibunya pergi mencari kesibukan masing-masing.

Boyke, abangnya sudah jauh. Di Sidney Australia. Kabarnya belajar di sekolah bisnis. la dua kali mengirim kartupos bergambar kanguru ke Ali Topan. Isinya itu ke itu saja: tentang cuaca di Sidney, dan nasihat agar Ali Topan jangan bandel-bandel, harus rajin sekolah, jangan suka membantah papa dan mama dan jangan suka bertengkar dengan Windy.

Ali Topan membalas menasehati Boyke lewat kartupos bergambar monyet: Kalau belajar bisnis ngapain lu jauh-jauh ke Australia ? Buang-buang duit. Lu belajar aje sama Cina-cina di sini. Atau lu belajar nyogok pejabat sama papa.

Boyke marah sekali dikirimi kartupos bergambar monyet dan nasihat itu. la mengirim balasan kartupos gambar anjing dengan kalimat: Kurang ajar lu! Awas gue pulang, gue hajar! Wajah Boyke yang klimis tapi mesum terbayang di Ali Topan. Usianya 4 tahun di atas Ali Topan. Kelakuannya konyol karena terlalu dimanja akan oleh papa mamanya. Ali Topan tak pernah merasa dekat dengan dia,dan tak pernah respek. Abangnya itu seorang pesolek gemar foya-foya seperti papanya. Hatinya hati pengecut. Berani berbuat tak berani bertanggung jawab!

Boyke dikirim ke Australia oleh papanya sebetulnya menutupi suatu skandal. la menghamili Sinah, pembantu keluarga mereka asal Kartosuro yang berusia 15 tahun.

Sinah disuruh menggugurkan janinnya yang telah berusia dua bulan oleh Pak Amir. Dan diberi uang Rp 75.000 untuk biaya pengguguran itu. "Besok kamu biar diantar pak sopir ke dokter kenalanku. Sesudah selesai, kamu akan saya beri uang lagi," kata Pak Amir seperti yang diungkapkan Sinah ketika Ali Topan mengetahui kasus itu pada malam harinya.

Ali Topan semula memang tak tahu ada kasus Sinah disebabkan aktivitas seksual Boyke. Mbok Yem dan pak Ihin yang tahu kasus itu disuruh tutup mulut oleh pak Amir dan nyonya Amir. Ali Topan tahu ketika malam ia menyuruh Mbok Yem menanyakan kaos oblongnya yang bergambar lambang `peace' ke Sinah.

"Sinah sudah dua hari ini ndak nyuci pakaian, Den Bagus. Dia sakit," kata MbokYem.
"Suruh ke dokter, dong..."' kata Ali Topan polos. "Akan ke dokternya mbesok," kata Mbok Yem.
Ali Topan heran. "Kok besok? Kenapa nggak tadi sore? Atau malam ini? Emangnnya Sinah sakit apa, Mbok?"
"Ndak tahu sakit apa," kata Mbok Yem lantas cepat-cepat pergi ke dapur. la takut membongkar rahasia itu. Ali Topan penasaran. la ke kamar Sinah, maksudnya akan bertanya Sinah sakit apa. Ali Topan kaget ketika dengan polosnya disertai airmata bercucuran Sinah mengungkapkan kasus itu.
"Lu dosa kalo gugurin anak lu! Jangan mau! Bisa sial lu seumur hidup! Dan kalo lu mati dimasukin ke neraka kata Ali Topan kepada Sinah. "Daripada begitu, lu pulang aje ke desa lu dan lu lahirin anak lu di sono. Omongan orangtua gue yang kagak bener jangan lu turutin, Sinah..:'

Ternyata omongan Ali Topan itu masuk ke hati Sinah. Malam hari itu juga Sinah pergi secara diam-diam dari rumah majikannya. Mbok Yem pun tak tahu. Sampai sekarang.

Esok harinya Pak Amir, nyonya Amir, Boyke dan Windy sibuk mencari-cari Sinah. Pak Amir menyuruh sopir naik kereta api ke desa Sinah. Tapi Sinah tak ada di rumah orangtuanya. Sinah seperti hilang ditelan bumi.

Beberapa geng dukun yang dibilang sebagai "orang pinter" dimintai bantuan oleh nyonya Amir untuk menemukan Sinah. sebulan kemudian, setelah Pak Amir, nyonya Amir dan Boyke putus asa, Boyke dikirim ke Australia dengan alasan sekolah bisnis.

Ali Topan berlagak bodo seperti anak yang nggak tau persoalan. Karena ia merasa dirinya pun dianggap nggak ada sebagai anggota keluarga yang mestinya diberi tahu urusan apa pun yang menyangkut keluarga. (bersambung)

sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: