Selasa, 23 September 2008

Ali Topan Anak Jalanan (19)


Lepas waktu Isya, sebuah mobil Holden Premier warna hitam pekat berhenti di depan butik. Seorang nyonya berumur sekitar 43-an keluar mobil digandeng seorang pemuda umur 27-an yang tadi menyetir mobil itu. Mereka berjalan memasuki butik, bergandengan mesra sekali.

"Punggungnya nggak dingin?" tanya si pemuda sambil mengusap punggung si nyonya yang terbuka karena ia memakai gaun backless.
"Dingin? Masa ada jij masih dingin?" kata si nyonya. Keduanya tersenyum seperti sepasang pengantin remaja raja.
Seorang nona penjaga butik menyambut mereka dengan sopan santun komersilnya.
"Daag Tante, selamet malem... Sampe kangen deh, sudah lama nggak kemari... baju baru Kern dan Cavallo sudah hampir habis diborong orang, tapi masih saya sisain buat... mm... buat siapa siih?" Kata penjaga butik. Senyumnya legit ke arah pemuda yang berlagak pilon.
"Eh, Zus Lenda, apa belum kenal? Ini ponakan yang baru, paling baru. Tommy, kenalan sama Zus Lenda...," kata si nyonya.

Tommy dan Zus Lenda bersalaman. Keduanya senyum-senyum. Si nyonya tampak bangga ketika melihat sinar mata naksir Zus Lenda pada Tommy.
"Ganteng, ya Zus?" kata si nyonya.
"Wah, ganteng sekali. Paling ganteng dari semua ponakan tante yang dulu-dulu. Ini sih barang eksklusif, he he he," kata Zus Lenda, "ini ponakan yang dari Jerman atau dari London, Tante Amir?" tambahnya.
"Dari Tebet saja..."' jawab si nyonya yang ternyata bernama Nyonya Amir itu. la memang istri Pak Amir, jadi ibu Ali Topan status formilnya.

Pemuda Tommy itu bukan ponakan dalam arti sebenarnya, melainkan ponakan dalam arti semu yang biasa dipakai di kalangan tante-tante girang. Ponakan itu artinya kekasih gelap. Memang Nyonya Amir itu seorang tante girang yang beken di Kebayoran. Hal itu termasuk masalah yang membuat Ali Topan kesal, malu dan selalu menderita batin.

"Ayo, young! Katanya pingin baju Cavallo merah, minta aja sama Zus Lenda," kata Ny Amir.

"Zus, tolong deh pilihkan warna merah, dan yang biru itu sekalian," tambahnya.
"Ukuran berapa?" tanya Zus Lenda.
"M ... ," sahut Tommy. Tampak ia malu-malu kucing.

Segera Zus Lenda mengambil baju-baju Cavallo warna merah dan biru dari lemari butik, lalu dihamparkannya di depan Tommy. "Mau coba dulu?" katanya.
“Sudahlah, sudah cocok itu ...," kata Nyonya Amir,”bungkus saja langsung," tambahnya.

Zus Lenda langsung memasukkan baju-baju itu ke dalam tas plastik ber-merk Srigala. Nyonya Amir mengambil 7 lembar Rp 5.000-an, disodorkannya pada Zus Lenda. "Cukup, Zus?" katanya.
"Kurang seribu, Tante... tapi biar deh, korting seribu."

"Trims deh. Oke, saya langsung saja, ada acara lain, Zus Len," kata Nyonya Amir.
"Silakan. Trima kasih Tante. Trima kasih Tommy," kata Zus Lenda.

la mengantarkan tamunya sampai pintu. Senyumnya segera berubah setelah mobil Holden yang membawa Nyonya Amir dan Tommy pergi. Senyum komersil yang cerah berubah jadi senyum iri hati yang sedih. Zus Lenda seorang perawan menjelang senja.

Mobil Holden Premier itu meluncur di jalanan. Tommy menyetir mobil dengan wajah cerah. Nyonya Amir tersenyum memandanginya.
"Puas, young? Cavallo merahnya?" tanya Nyonya Amir.
"Oooouw, puas sekali, Tante ... Tapi mahal amat ya? Rasanya sayang amat duit segitu banyak cuma dapet dua baju saja," kata Tommy. Omongannya itu bermakna basa-basi, berkait di ujungnya.
"Aah, buat Tommy tak ada rasa sayang tante keluarkan uang. Yang penting Tommy puas, senang, tante juga puas, senang. Kan gitu, Tom? Ha ha.."
"Terima kasih, Tante .."
"Oow, kembali kasih, young... tapi nyetirya jangan terlalu pelan dong, tante kan sudah capek, ingin dipijet sama Tommy... hm... hem," kata Ny Amir.

la mencubit paha Tommy. Tommy menangkap tangannya dan mengusap tangan itu. Nyonya Amir kembali mencubit paha Tommy. Dan bukan cuma mencubit paha saja. Tangan itu menjadi liar dan aktif ke sana ke mari.
"Ke Garden, Tante? Langsung?" kata Tommy.

"Langsung, young..." (bersambung)

sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: