Minggu, 07 September 2008

Ali Topan Anak Jalanan (5)


Dan ia bertambah malu ketika mendengar anak-anak berandal itu bersuit menggoda. Fuuit! Fuuuuit! Fuuuit! Anna bergegas menyusul ibunya yang sudah masuk toko buku. Dan ia tak mendengar suitan menggoda ataupun percakapan di antara "perusuh-perusuh" itu.Anna tak melihat. bahu Topan ditepuk Bobby.

"He, Pan! Jangan bengong. Bagi apinya!" kata Bobby. Ali Topan tersadar dari suasana yang terasa agak aneh baginya. "Ah, iya! Kok gua jadi bengong begini? Gara-gara itu cewek. Manis banget sih! Sayang Nyaknya galak kayak herder," kata Ali Topan. la memberikan api pada Bobby.
"Manis sih manis, tapi lu liat dong bodigarnya di mobil itu! Sangar banget tampangnye," Gevaert berkata.

Eh, baru selesai Gevaert bicara, kuping para sobat itu mendengar bunyi klakson Mercedes.
"Tu, ape gue gilang? Dienye keki ngeliat majikannye kite godain. Kalau die anak ABRI kan kite bise repot?" kata Gevaert lagi.
"Lu liat tuh. Dienye keluar dari mobil. Eh, pake tolak pinggang lagi. Kayak Bonanza," kata Bobby.
Ali Topan melihat ke arah Oom Boy yang sedang memandang mereka dengan geram. Ali Topan cuma senyum saja, bahkan dia melambaikan tangan.
"Daag, Oom," teriak Ali Topan.

Oom Boy mengacungkan tinjunya.Ali Topan Cs tertawa keras sekali sambil memegangi perutnya, seolah-olah sedang menyaksikan pertunjukan yang lucu.
Oom Boy makin geram diperlakukan seperti itu. Dia mengacung-ngacungkan tinjunya.
"He, sopir! Kayak yang punya mobil aje gaya lu! Ke sini kalau berani, gua beri kepelan lu !" Gevaert berteriak. Dan langsung mendemonstrasikan kembangan silat Cimande.

Oom Boy makin gemas melihat tingkah anak-anak itu. Tapi dia tak beranjak dari tempatnya berdiri. Dia cuma mengepal-ngepalkan tinjunya saja. Perbuatannya itu semakin membuat geli Ali Topan dan kawan-kawannya. "Gaya sepuluh, nyali nol!" teriak Bobby.
"U, Bob! Ibu Mary liwat tuh! Dienya nengok ke kite!" tata Gevaert.
Mane? Mane?" tanya Bobby.
"Noh, die. Busyet, kepergok deh kite," kata Dudung.

Siapa sih Ibu Mary itu?

Dia seorang perempuan. Rada cakep. Dan pinter berbahasa Inggris, karena memang guru bahasa Inggris di SMA Bulungan. Saat itu sebenarnya Ibu guru Mary tidak melihat ke arah Ali Topan Cs. Dia tipe guru yang sedikit sok. Mungkin karena pandai berbahasa Inggris, dia sok. Apalagi dia paling suka membangga-banggakan diri, sudah pernah studi di Australia. Beberapa murid yang sebal memberi julukan "ibu guru peranakan Kanguru" kepadanya.

"Cabut, njing!" kata Ali Topan. la mendahului teman-temannya berlari menuju pasar tingkat atas. Bobby, Dudung dan Gevaert mengikuti "boss" mereka. Motor masing-masing ditinggalkan di tempat.Ali Topan Cs menghilang di ujung tangga.

Ibu Mary lewat. la sebetulnya tak melihat anak-anak itu. Tapi Ali Topan, Bobby, Dudung dan Gevaert merasa khawatir, sebab Pak Broto Panggabean, Kepala Sekolah SMA Bulungan telah mengeluarkan peraturan yang keras. Murid-murid SMA Bulungan dilarang keras menjadi krosboi. Barang siapa ketahuan menjadi krosboi atau cenderung atau bisa dianggap bersikap laku seperti krosboi, dijatuhi sanksi yang berat.

Para guru diperintahkan mengawasi murid-murid. Di dalam maupun di luar sekolah. Kalau ada murid yang nampak begajul sedikit saja, mereka diinstruksikan mencatat dan melaporkan langsung ke Kepala Sekolah sebagai penanggung jawab apa yang dinamakan "komando operasi pengendalian dan penertiban murid-murid sekolah".

Dan banyak sekali guru yang menyambut gagasan itu. Karena ada semacam peraturan tak tertulis bahwa semakin banyak guru melaporkan murid-murid yang dianggap krosboi, semakin banyak dia mendapatkan pujian dari Pak Broto Panggabean. Pujian itu sudah cukup memuaskan rupa-rupanya.

Tapi Ali Topan Cs lupa barangkali bahwa ibu Mary, walaupun sedikit sok, tidak berminat pada acara lapor melapor itu. Maka itu Ali Topan Cs tetap berlari, terbirit-birit, menuruni tangga arah bagian dalam Pasar Melawai dan masuk ke luar lorong-lorong di dalam pasar. Tas sekolah bergondal-gandul di bahu masing-masing.
Mereka muncul di emper bioskop Kebayoran. Mereka berhenti di situ.

Gevaert memeriksa tasnya. Diambilnya sebuah tustel Canon dari tasnya dan diperiksanya sebentar. Dia selalu membawa tustel itu ke manapun ia pergi.
"Hai ngapain di sini? Nggak sekolah kalian? Mbolos melulu... " seorang anak perempuan menegur, Gevaerrt membidikkan alat fotonya ke arah gadis itu.
"Gua potret lu, gua masukin Ibu Kota!" kata Gevaert. Gadis teman sekolah itu menutupi wajahnya dengan tas sekolahnya dan lari cepat-cepat."Tak usyah ya,emangnya gw artis?" kata gadis itu.
“Ada artis tampangnya kayak lu sih, bioskop-bioskop sepiiii!" Ali Topan berteriak, "Yuk ah, macks, kita cabut. Di sini banyak intelnya. Ntar rusak acara kita. Kita ke Ragunan aje, nengokin kawan-kawan lama," tambah Topan.
"Oke, Bos," kata Dudung. Ia berlari membuntuti Ali Topan, menuju tempat parkiran motor mereka tadi.

Tak lama kemudian, empat sekawan itu mengeluarkan motor mereka ke arah selatan. Mereka menuju ke Kebun Binatang Ragunan.(BERSAMBUNG)

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: