Senin, 08 September 2008

Ali Topan Anak Jalanan (9)


Kemudian ia duduk, menepiskan kaki Ali Topan yang masih menginjak pantatnya.
"Eh, itu ngapain Gevaert terbirit-birit kayak orang gila?" Ali Topan berkata sambil tangannya menunjuk ke arah Gevaert yang sedang kencang berlari ke arah mereka.
"Eh, Vaert, udah gila lu?" kata Ali Topan.
Gevaert cuma menjawab dengan ah, uh, ah, uh saja. Nafasnya tersengal-sengal. la menubruk Ali Topan. Mereka jatuh bergulingan.
"Vaert! Jangan becanda lu pagi-pagi," kata Ali Topan. Gevaert bangkit segera. la menunjuk ke arah gerumbulan pohon.
"Ah, uh, ah ... gua mau ditembak orang, Pan. No, di sono tuh orangnye ... "

Ali Topan melihat ke arah tunjukan Gevaert. Dudung dan Bobby langsung berdiri, melihat ke arah yang sama. "Mana dia orangnye? Biar gua embat dial" kata Ali Topan.
"Itu, itu dia lagi ngeliat kemari."
"Buset, potongannya sih kayak pensiunan KKO ning!. Lu cari gara-gara apa sama dia Vaert?" tanya Ali Topan. "Gua bidik dia lagi miting cewenye. "
"Set, dianye kemariin. Cabut aje buruan, njing. Tampangnye kayak kuli begitu, repot kita ngelawan die. Potongan begitu, kita yang nabok kita yang sakit," kata Bobby.
"lye. Sangar tampangnye, Bob. Udah jangan cari penyakit deh. Cabut, cabut," kata Dudung. Dia bersiap mengambil langkah seribu.
"Uuh, lu Vaert, ngrusak acara aje. Uh!" kata Ali Topan. Dengan gemas dia ketuk kepala Gevaert.

Gevaert menyeringai. Tanpa banyak pernik lagi dia menyusul Dudung dan Bobby yang sudah berlari meninggalkan tempat itu, menuju tempat parkir motor mereka.

Ali Topan melihat ke arah lelaki yang sedang marah-marah di samping perempuannya. Lelaki itu mengepalkan tinjunya ke arah Ali Topan. Ali Topan balas mengacungkan tinjunya. Kemudian berlalu menyusul teman-temannya, sembari ngakak!

Bobby, Dudung dan Gevaert sudah nangkring di atas sadel motor masing-masing, bergerak meninggalkan tempat itu. Ali Topan mengambil motornya dan mendorongnya menuruni jalan. Ia menyemplak sadel motor, menghidupkan mesinnya, lalu menggeblaskan motornya ke depan, menyusul para sahabatnya.

Mereka berlalu dari tempat itu. "Ke mane kite?" Gevaert bertanya.
"Ke mane pale lu! Berhubung lu yang ngrusak acara, lu kudu menghibur kite dengan bakmi baso!" kata Ali Topan. "Buset, setuju banget gua!" kata Bobby.
"Bujug, gua nggak punya duit, Pan" Gevaert mengeluh. la menengok ke Ali Topan, lalu ke arah Dudung. "Biar kali ini ogut yang traktir deh, Boss. Kesian Gevaert lagi miskin hari ini," kata Dudung.
"Pokoknye ini hari gua musti makan bakmi baso aja dah. Sebab, kalau tidak makan bakmi baso, perut gua bisa sakit maag" kata Ali Topan. Ia tersenyum.

"Let's go!" Gevaert berteriak. la ngebut ke depan. Acara pun beralih ke jalanan. Mereka saling susul menyusul, mempertontonkan kebolehan masing-masing di atas motor. Jalanan Pasar Minggu yang baru dibetulkan oleh Bang Ali memang licin macam paha perawan kampung, asik buat ngebut. Udara segar, lalu lintas tidak begitu padat. Ali Topan dan para sahabatnya benar-benar lupa sekolah lupa rumah. Mereka, terutama Ali Topan, merasa suntuk di sekolah dan di rumah. Maka, ia mengajak teman-temannya mencari kegembiraan di luar rumah dan di luar sekolah.

Apakah mereka lalu dicap sebagai anak-anak berandalan yang merusak masa depan masing-masing, tak ada dalam pikiran mereka.
"Kira-kira Good Goly Miss Mary itu ngaduin kita ke Pak Brotpang apa kagak, Bob?" teriak Ali Topan. Brotpang itu panggilan pop murid-murid untuk Pak Broto Panggabean.
"Acuh aja acuuuh. Kalau dia ngaduin, kita beber aja rahasia pribadinya di Ibu Kota! Dia kan beken sebagai lesbian, iya kan Vaert?" kata Bobby. "Tak acuh," kata Ali Topan.
"Iya. Mpok gua tahu itu. Temen dia pernah diajak ke hotel sama Si Mary itu," kata Gevaert.
"Ah, gosip aja kali," kata Ali Topan.
"Uuuh, ya udah kalau kagak yakin. Mpok gua sih bukan penggemar gosip, boss," kata Gevaert.
Ali Topan tidak menjawab. Dia sibuk menghindari sebuah batu yang ada di tengah jalan.
"Sialan itu batu, menghambat pembangunan aje," gerutu Ali Topan.
"Pembangunan ape, Pan?" tanya Bobby yang merendengi motor Ali Topan.
"Pembangunan Orde Baru. "
"Gile lu, kayak Pak Harto aje," kata Bobby.
"Aaah, kan die masih sodara sama babe gue. Lu nggak yakin? Tanya aje sama die," kata Ali Topan. "Nanyanye pegimane?" tanya Bobby.
"Lu tanya aje. Eh, Pak Harto, kata Ali Topan, ente besodara sama babenye? Brani apa kagak lu?" jelas Ali Topan.
"Buset,bisa dating kagak bisa pulang gua,"kataBobby. "Emang kenape?" tanya Ali Topan lagi.
"Sik. Pengawal Pak Harto kan galak banget?"
"Lu kira Pak Harto yang mane?" tanya Ali Topan. "Pak Harto presiden!" jawab Bobby,
"Yee, bukan. Pak Harto oom gue yang rumahnya di Pancoran!"
Bobby melengak. Lantas dia tertawa terbahak-bahak.

"Sial lu!" katanya.(Bersambung)

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: