Minggu, 07 September 2008

Ali Topan Anak Jalanan (7)


Di kelas III Paspal 1.

Murid-murid dan Ibu Mary masuk ke dalam kelas. Wanita itu bertubuh pendek, sexy, berkacamata, usianya 30 tahun. Anak-anak duduk di tempat masing-masing. Ibu Mary duduk di kursi guru. Ibu Mary mengeluarkan catatan absen harian, murid-murid mengeluarkan buku Inggris mereka. Ibu Mary batuk-batuk sebentar, lalu memanggil nama murid-murid sebagaimana biasanya, didahului ucapan, "Good morning, every body" yang dijawab "Good morning, Miss," oleh anak-anak.
"Abadi Karamoy!" seru Ibu Mary.
"Yes, Miss!"
"Abubakar Siddiq!"
"Yes, Miss"
"Ali Topan!" Tak ada jawaban.
"Ali Topan!" Ibu Mary tak ada jawaban.

Ibu Mary menengadahkan wajahnya, melihat ke arah tempat duduk Ali Topan. Tempat duduk itu kosong.
"Ke mana berandal itu, Maya?" tanya ibu Mary.
Maya yang berwajah oval keibuan memang dikenal dekat denganAli Topan. Murid yang duduk bersebelahan dengan bangku kosong itu menggelengkan kepalanya. "I don't know, Miss," katanya.
"Why you don't know?"
"I don't know," jawab Maya. Dia grogi, takut diajak omong cara Inggris terus oleh ibu Mary.
Beberapa anak tersenyum. Ibu Mary meneruskan panggilannya.

Pada saat itu, pintu diketuk dari luar.
Pak Broto Panggabean masuk diikuti Anna Karenina. "Selamat pagi Ibu Mary. Selamat pagi anak-anak. Ini ada satu murid baru, pindahan dari sekolah lain. Saya kenalkan, namanya Anna Karenina. Ketua kelas, tolong atur tempat duduk untuknya," kata Pak Broto Panggabean.
"Siap, Pak," kata Ridwan, ketua kelas III Paspal I yang duduk di bangku belakang.
"Nah, cukup itu, Bu Mary. Selamat belajar anak-anak!" kata Pak Broto Panggabean, kemudian ia pergi meninggalkan kelas.

Ibu Mary dan murid-murid mengawasi Anna Karenina yang masih berdiri di depan kelas. Anna tersipu-sipu. Wajahnya bersemu dadu.
"What is your name, my dear?" tanya Ibu Mary.
"Anna Karenina," sahut Anna.
"Beautiful," gumam ibu Mary. Matanya mengawasi Anna tanpa kedip. Dari ujung sepatu sampai rambutnya yang mengurai bak bunga mayang.

Terdengar bisik-bisik dari para murid.
Anna Karenina merasa sedikit aneh ketika menatap mata ibu Mary. Mata guru Bahasa Inggris itu tadinya bersinar biasa, seperti mata ibu guru lazimnya. Kemudian sinar mata itu berubah, seperti sedang "menaksir" kekasihnya. Apalagi ketika Ibu Mary melemparkan senyum yang bermakna "naksir," wah, Anna Karenina merinding.
"Okay, okay, sit down, please...," kata Ibu Mary.
Ridwan, ketua kelas yang bertubuh tegap kayak tentara maju ke depan, menunjukkan tempat duduk yang kosong buat teman barunya.
"Untuk sementara kamu duduk di sini dulu, besok bisa saya atur yang lebih baik. Ya!" kata Ridwan. Anna mengucapkan terima kasih.
"Eh, salaman dulu, dong," seorang murid lelaki yang bertampang badung, "nama saya Sobirin," tambahnya.
Anak-anak langsung "gerr" mendengar ucapan Sobirin. Anna tersenyum. Tersipu-sipu.
Anna Karenina masih tersenyum ke kiri kanan. Ibu Mary yang mengawasi dari depan berkata: "Sudah, sudah. Senyumnya disimpan dulu. Kita lanjutkan pelajaran, please."
Suasana tenang kembali.
Ibu Mary melanjutkan mengabsen para murid. Ia mencatat dua nama yang tidak masuk kelas pads jam pelajarannya. Ali Topan dan Bobby.
Kemudian pelajaran Bahasa Inggris dimulai. (BERSAMBUNG)

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: