Sabtu, 06 September 2008

Ali Topan Anak Jalanan (3)


Tiga kawannya cukup keren, tapi tak berkarakter dan tak berkharisma seperti Ali Topan. Dudung yang berdiri satu level di bawah Ali Topan adalah anak kelahiran Kuningan, JawaBarat, berwajah tirus dengan kulit berwarna langsat dan sepasang mata agak sipit. Kepalanya agak besar dan rambutnya ikal keriting.

Bobby dan Gevaert berdiri berdampingan satu level di bawah Dudung. Bobby berwajah agak bundar, rambutnya lurus, namun tak begitu lebat. Pupil matanya kecil, suka melirik ke kiri dan ke kanan. Sedang Gevaert berdarah campuran, ayah Padang dan ibu Jerman. Maka sosoknya sosok indo: badan besar, rambut ikal kemerahan, tapi matanya hitam dan kulitnya putih kecoklatan. Hobinya fotografi.

"Berdiri terus bisa jadi tontonan gratis kita," kata Ali Topan. la duduk di anak tangga diikuti oleh Dudung dan Gevaert. Bobby tetap berdiri. la memang selalu ingin berusaha menonjol dari Ali Topan, Dudung dan Gevaert karena merasa dirinya anak paling kaya di antara mereka. Tetapi selalu gagal, karena urusan kepemimpinan menyangkut kharisma, kewibawaan, dan keunggulan pribadi lainnya. Bukan kekayaan harta benda.

Bobby pun merasai pengaruh wibawa itu, tiap kali ia coba tentang dan tiap kali pula gagal. Akhirnya ia ikutan duduk di anak tangga seperti teman-temannya.
"Eh, itu Mercy yang tadi apa bukan, Pan?" tanya Dudung. Tangannya menunjuk ke arah Mercy yang baru masuk ke pelataran parkir pusat pertokoan Melawai.

Ali Topan memandang ke Mercy itu. "Kalau sopirnya cari gara-gara biar gua embat aja. Emang udah seminggu tangan gua nggak ngeplak kepala orang," katanya.

la duduk. Tangannya sibuk membuang kulit rambutan yang mengotori tangga itu.

Mercedes diparkir di ujung kanan pusat pertokoan. Anna dan ibunya turun dari mobil itu, dan mereka langsung berjalan ke arah toko buku yang terletak di bagian bawah pertokoan, dekat tangga. Anna berjalan berdampingan dengan ibunya. Keduanya tak memperhatikan situasi sekitar.

Ali Topan Cs duduk seenaknya, pura-pura tak memperhatikan Anna dan ibunya. Ali Topan mengambil sebatang rokok kretek yang diselipkan di kaus kakinya. Bobby, Dudung dan Gevaert juga melakukan hal serupa, mengambil rokok dari kaus kaki masing-masing. Ali Topan mencari-cari korek api di saku baju dan celana jeans-nya. Tapi korek api tidak ada.
"Ada korek, njing?" ia bertanya pada Bobby
"Nggak, nggak ada, njing," kata Bobby. Lalu Bobby menoleh pada Dudung dan Gevaert.
"Bujug buset, Ai juga nggak ada korek nih. You bawa korek api, Vaert?" tanya Dudung pada Gevaert. Gevaert menggelengkan kepalanya dengan gaya keren.
"Wah, kalau ada Magician lewat asik deh. Bisa minta api," kataAli Topan. Dan kebetulan sekali, seorang gelandangan pemungut puntung rokok lewat di dekat mereka sambil memunguti puntung rokok. la menjumput sepuntung rokok yang masih panjang. Diselipkannya puntung itu di bibirnya, lalu ia nyalakan puntung itu dengan korek api yang diambilnya dari kantung di balik baju lusuhnya.
Ali Topan bergerak ke arah pemungut puntung. Ditepuknya bahu orang itu. "He, Bung Magician, bagi apinya dong... ," kata Ali Topan. Pemungut puntung itu menyodorkan rokoknya yang telah menyala. Ali Topan menghidupkan rokoknya.
"Thank you, Magician," kata Ali Topan.
"Ooh, you're welcome," jawab pemungut puntung rokok.
Ali Topan terkejut. la menatap "magician" yang kini tersenyum manis. la bahkan memberikan tabik dengan tangannya kepada Ali Topan. la tersenyum dan berlalu. (Bersambung)

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: