Minggu, 07 September 2008

Ali Topan Anak Jalanan (4)


Ali Topan berjalan ke tempatnya semula. Rokok terselip di bibirnya. Begitu dia hendak duduk kembali, dan Gevaert menyambar rokok yang terselip di bibir itu dengan maksud minta apinya, mata Ali Topan yang bersinar tajam menangkap gerakan melenggang Anna dan ibunya yang berjalan melewati tangga. Langsung Ali Topan menggamit sobat-sobatnya.

"Pssst. Ada manusia cantik liwat, macks!" kata Ali Topan.
Bobby, Dudung dan Gevaert yang sejak tadi sudah melihat ibu dan anak itu-tapi masih tetap diam, menunggu komando boss mendadak jadi beringas dalam pengertian saling lomba bergaya genit untuk menarik perhatian Anna.

"He, macan, manusia cantik! Mau ke mane kite? Pagi-pagi begini udeh bikin hatiku bergetar?" kata Gevaert. "Mau belanja duren sama mamih ya? Boleh dong menengok kemariin sejenak? Aku ingin memandang wajah lu yang cantik. Oooh," Bobby menyusul dengan kata-kata godaannya.

"Bujug buset. Dianya budek, boys! Sayang, cakep-cakep budek begitu, bisa rusak pasaran "Dudung ikut nimbrung. Anna dan Ny Surya mendengar kata-kata mereka, tapi tidak menggubris. Mereka berjalan terus menuju toko buku. Nah, pada saat itulah Bobby melempar Anna dengan kulit rambutan. Tidak kena! Gevaert latah, melempar juga. Tidak kena! Ali Topan dan Dudung bersamaan melempar. Lemparan Dudung mengenai Nyonya Surya! Lemparan Ali Topan mengenai kepala Anna!

"Aduh!" Anna memekik. Nyonya Surya juga berbalik dan tangannya bertolak pinggang.
"Anak-anak kurang ajar kalian!" Nyonya Surya membentak.
Bobby, Dudung dan Gevaert langsung melengos. Ali Topan tidak melengos. Dengan pandangan matanya yang khas ditatapnya Anna dan Nyonya Surya.Anna cemberut, Nyonya Surya melotot.

Ali Topan tetap memandang mereka dari ujung kaki sampai kepala, seolah-olah menaksir, sampai berapa besar kemarahan ibu dan anak itu. Dan aneh, sungguh aneh, jantung Anna seakan-akan berhenti berdenyut ketika matanya beradu pandang dengan mata Ali Topan. Lantas cemberut di wajahnya hilang tiba-tiba. Dan iapun jadi sedikit grogi terkena pandangan mata Ali Topan yang berubah. Pada detik-detik pertama, mata itu bersinar tajam dan beringas, pada detik-detik berikutnya sinar mata Ali Topan menjadi sayu dan sangat lembut!

Nyonya Surya merasakan keanehan itu. Dengan wajah semakin marah, diraihnya tangan Anna dan diajaknya berjalan lagi.
"Kamu kenal dia, Anna?" tanya Nyonya Surya dengan dingin.
"Belum, Ma...," jawabAnna pelahan.
Nyonya Surya melirik sekejap mendengar jawaban yang dirasakannya tidak wajar itu. Belum, Ma, belum... apa pingin kenalan? Demikian kata hati Nyonya Surya.

Maka dia pun mempercepat langkahnya untuk mengusir perasaan yang menyelip di hatinya. Perasaan itu semacam perasaan aneh. Dia melihat sesuatu kelembutan yang tajam di mata anak muda penggoda tadi. Sinar mata yang sangat magnetis. Dan ia, sebagai seorang wanita, merasa bahwa anaknya sedikit tergetar oleh pandangan magnetis itu. la tidak mau Anna bertatapan mata lebih lama lagi dengan anak kurang ajar itu. Instinknya menyatakan begitu.

Nyonya Surya berjalan cepat, ke arah pintu masuk toko buku yang sedang dibuka oleh pegawai toko buku itu. Anna melepaskan tangannya dari cekalan ibunya. Dan, tanpa disadari, Anna menengok sebentar ke arah belakang, memandang Ali Topan. Ia terkejut ketika pandang matanya langsung disambar oleh sinar mata Ali Topan yang rupa-rupanya mengawasi terus sejak tadi.
Anna cepat melengos lagi. Ia malu! (Bersambung)

Tidak ada komentar: