Minggu, 07 September 2008

Ali Topan Anak Jalanan (6)


SMA Bulungan tampak ramai seperti biasanya. Rombongan murid dan guru memasuki halaman sekolah dengan langkah yang juga seperti biasanya, tergesa-gesa.

Ali Topan Cs suka berkata bahwa gaya murid-murid dan guru-guru sekolahnya seperti gaya orang bisnis. Sok nguber waktu, biar dibilang rajin, katanya, setiap kali melihat ada teman berjalan tergesa-gesa ke sekolah.

Sebuah Mercedes berhenti di depan gedung SMA Bulungan. Dari dalam mobil keluar Ny Surya dan Anna. Mereka merapikan pakaian sekilas, lalu melangkah masuk ke dalam sekolah. Beberapa murid melihat ke arah ibu dan anak itu.
"Mm, mm, saya boleh tanya kantor Direktur Sekolah di sebelah mana ya?" tanyanya.
"Di sebelah kulon," jawab anak itu. "Kulon? Di mana kulon itu?"
"Tu di sono tante. Anaknya mau dimasukin ke sini ya?" kata anak itu. Nyonya Surya mendelik. "Dimasukin?Apanya yang dimasukin?" kata Nyonya Surya. Tanpa mengucapkan terima kasih, ia pergi meninggalkan dua anak itu. "Terima kasih ya," Anna berkata.
"Gitu dong, sayaaang," kata murid itu. Anna tersenyum manis, kemudian mengikuti ibunya yang berjalan menuju ke kantor Direktur Sekolah.

Pak Broto Panggabean, Direktur SMA Negeri Bulungan sedang duduk di kursinya, menyusun map dan buku-buku di meja kerjanya. la orang Batak kelahiran Medan 45 tahun yang lalu. Tubuhnya pendek, kekar. Wajahnya bujur sangkar dengan bibir tebal. Sikapnya tegas, tapi suka humor. Dan hatinya hati seorang pendidik. Nama Broto yang khas Jawa itu diberikan oleh seorang Jawa yang menolong kelahirannya.

Hadi, pembantu umumnya masuk. "Ada tamu, Pak," kata Hadi. Suaranya cempreng sesuai dengan tubuhnya yang kecil kerempeng.
"Tamu siapa, hah? Pagi-pagi begini sudah bertamu-tamuan," kata Pak Broto Panggabean.
"Nyonya Surya dan anaknya, Pak."
"Ooo, suruh mereka masuk."
Nyonya Surya dan Anna dipersilakan masuk oleh Hadi.
"Selamat pagi, Pak Direktur," sapa Ny Surya.
"Oh, selamat pagi. Silakan, silakan duduk. Apa anak yang manis ini anak ibu yang mau pindah sekolah ke sini. Iya?" kata Broto Panggabean.
"Begitulah kira-kira, Pak Broto. Jadi saya serahkan secara resmi anak saya ini pada Pak Broto, untuk dididik sebagaimana mestinya. Maklum, di sekolahnya yang dulu saya sangat khawatir, di sana banyak anak-anak morfinis," kata Nyonya Surya.
"Wah, memang bahaya morfin itu," kata Pak Broto Panggabean dengan aksen Medan yang khas.
"Siapa nama kau," tanyanya ke arah Anna.
"Anna Karenina namanya," Nyonya Surya yang menjawab.
"Anna Karenina. Anna Karenina. Yah, yah, kau saya terima bersekolah di sini, mengingat Bapak kenal baik sama orangtuamu. Tapi di sini peraturan ketat dan tidak pandang bulu. Mengerti?" kata Pak Broto.
Anna Karenina mengangguk.
"Nah, cukup, Ibu Surya. Soal keuangan bisa diurus di bagian administrasi," kata Pak Broto Panggabean. Ia menunjuk bagian itu yang terletak di samping kantornya.
"Baik, terima kasih," kata Nyonya Surya, "Anna baik-baik ya, jangan bikin malu mama dan papa," tambahnya.
"Ya, Mama..." kata Anna.

Nyonya Surya meninggalkan ruang itu setelah mencium pipi anaknya dengan ciuman bergaya orang Belanda. "Wah, disayang sekali rupanya, ya?" kata Pak Broto.
Anna tersipu-sipu.
"Tunggu sebentar, nanti Bapak antar kau ke kelasmu."
Anna Karenina mengangguk, bersamaan dengan dentang bel tanda masuk klas dipukul orang. (BERSAMBUNG)

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: