Sabtu, 20 September 2008

Ali Topan Anak Jalanan (16)


Masih ada teman setia Ali Topan di kamar itu. Buku-buku. Segala macam buku. Ada buku politik Sang Pangeran karya Niccolo Machiavelli dan beberapa buku karya Bung Karno serta kumpulan pidato presiden pertama Republik Indonesia itu.

Ada buku sejarah, terutama sejarah pergerakan kebangsaan dan sejarah Indonesia lama, juga buku-buku biografi. Ada buku novel pop. Komik Jan Mintaraga dan Teguh Santosa. Buku kumpulan syair Bob Dylan dan berjilid-jilid buku serial silat China. Dan... di antara buku-buku itu terkadang ada buku stensilan yang kalau ditinjau dari segi pornografi, cukup mengasyikkan!

Ali Topan menutup pintu kamar dan menguncinya. Ia berjalan ke radio. Dihidupkannya radio itu, dan diputarnya gelombang J&R.

"Penyiar Johnny dan operator Ikhsan sedang repot menghibur teman-teman di rumah yang sedang belajar atau ngelamun. Semoga musik yang kami putarkan dari studio dapat melenyapkan lamunan buruk dan mendatangkan impian indah serta rejeki di malam ini. He he he ... ," demikian suara penyiar J&R.

Suara ketawa he he he itu disambung dengan musik manis dari The Hollies, Too Young Too Be Married. Ali Topan merebahkan dirinya ke tempat tidur. Matanya terpejam. la menikmati suasana sendiri. Sendiri.

Tiba-tiba ia melompat bangun dan duduk di lantai beralas tikar pandan. la mengambil sebuah buku dari dalam tasnya dan mengambil foto-foto yang dicetak Gevaert tadi. Foto Nyonya Amir dan seorang anak muda yang sedang berpelukan, tertawa-tawa dan bermesraan di kolam renang.

la gelar foto-foto itu di atas tikar pandan, dan ia pandangi dengan cermat untuk memastikan apakah wanita berpakaian renang hitam polkadot putih itu benar-benar mamanya.

Sesungguhnya, fakta itu telah pasti. Matanya pun tak sangsi. Namun ada suatu keinginan dalam hatinya, bahwa wanita dalam foto itu bukan mamanya.

Ali Topan sedih sekali menghadapi kenyataan yang bahkan dalam mimpi pun tak pernah diharapkan terjadi oleh seorang anak yang mendambakan ibunya seorang wanita utama. Bukan seorang tante girang jalang yang terkenal di kawasan Kebayoran.

Sudah cukup lama sekitar delapan bulan omongan jelek tentang mamanya yang suka "main" dengan anak-anak muda itu ia dengar dari teman-temannya penyiar-penyiar radio di Kebayoran. Ia pernah menyampaikan gosip itu ke mamanya. Apa kata si mama? "Kamu nggak usah ikut campur urusan orangtua," begitu kata mamanya. "omongan begitu kok didengar. Mana buktinya”lanjut mamanya.

Tapi hari ini Ali Topan memegang bukti itu yaitu foto-foto hasil potretan Gevaert. Ternyata Gevaert telah cukup lama menyimpan filmnya. Tapi baru tadi malam ia memberi tahu Ali Topan lewat telepon.

"Tadinya gue mau bakar film itu, Pan. Karena gue pikir lu bisa marah ke gue dan persahabatan kita putus. Tapi... gue mikir lagi, lu pernah tulis di buku gue bahwa kita nggak boleh lari dari kenyataan. Don't run away from reality," begitu kata Gevaert lewat telepon.

"Kalau lu bakar itu film, lu bukan kawan gue, Vaert," kata Ali Topan.
"Besok kita cetak itu foto. Tapi Bobby sama Dudung nggak perlu tau."

Lewat telepon itu Gevaert bercerita lagi bahwa sebulan yang lalu ketika ia disetrap tiga hari gara-gara tertangkap bawa buku porno ke sekolah, ia tiap hari berenang di kolam renang Senayan. Surat dari wali kelas untuk orangtuanya ia bakar. Dan ia menulis sendiri surat permintaan maaf dengan mesin tik dan memalsu tanda-tangan ayahnya.

"Pada hari kedua gue ke kolam renang itu, sekitar jam sepuluh, gue liat mama lu sama cowok. Diem-diem gue ambil tustel gue, terus gue potret mereka pake lensa tele..," cerita Gevaert tentang bagaimana ia secara kebetulan memotret Nyonya Amir dan cowoknya.(bersambung)

sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: