Sabtu, 08 November 2008

Ali Topan Anak Jalanan (31)


Esok harinya di sekolah.

Ali Topan cs berkumpul di tempat parkir motor. Dudung dan Gevaert bercanda seperti biasa. Ali Topan dan Bobby agak diam. Kompetisi bebas merebut hati Anna rupanya berpengaruh sekali pada hati masing-masing. Bagi Ali, tak ada persoalan, Bobby memang selalu ingin menyaingi dirinya, di bidang apapun. Kemenangan Bobby yang menonjol cuma satu, yakni orangtuanya lebih kaya dari orangtua Ali Topan. Bobby suka memamerkan hal itu, walaupun hanya dalam omongan saja. la selalu membanggakan kekayaan ayahnya.

"Ada perkembangan maju, Pan?" Gevaert bertanya. Ali Topan tak menjawab. Gevaert menoleh ke Bobby.

"Babe gue mau beli Mercy, Vaert. Yang lebih keren dari Mercy Anna. Gua yang disuruh miara itu Mercy. Terpaksa mulai sekarang gue mau kursus mesin Mercy dong," kata Bobby, "kalau babe lu mau beli apa, Pan?" tambahnya sambil menoleh ke Ali Topan.
"Babe gue mau beli mobil pompa tai, buat nyedot tai yang ada di kepala koruptor-koruptor!" kata Ali Topan, "makanya sejak sekarang lu suruh babe lu ati-ati, Bob. Ntar kepale babe lu yang kesedot, kan nggak lucu," tambahnya.
"Anjing lu!" maki Bobby. Dia melotot pada ali topan. Tapi yang dipelototi tenang-tenang aja. Ali topan malah melihat ke arah Maya yang sedang melenggang masuk kelas. Ali Topan bergerak cepat meninggalkan teman-temannya, memburu Maya.

"Maya!"
Maya menghentikan langkahnya di pintu kelas. la menoleh ke Ali Topan yang memburunya.
"Gimana, May?" tanya Ali Topan. Maya hendak menjawab, tapi dibatalkannya. Ali Topan menowel lengan Maya. Maya menowel lengan Ali Topan kembali. "May, gimana, udah ada info?" tanya Ali Topan.
"Itu dia si Anna dateng, gua tanyain dulu ya?" kata Maya. Dia melambai ke Anna yang sedang berjalan ke arah mereka. Ali Topan cengar-cengir saja. Akhimya dia menowel Maya.

"May, kalau gini caranya biar gua aja deh yang nanya sendiri. Nggak pake perantara perantaraan lagi," kata Ali Topan.

Anna mendekati mereka. Ali Topan langsung menyambutnya.
"Selamat pagi, Anna. Gimana, tidurnya enak tadi malem? He he he," kata Ali Topan.

Anna Karenina mengernyitkan dahinya. Mustinya dia marah atau tersinggung kalau ada anak lelaki yang pagi-pagi sudah menyambutnya dengan gurauan `kasar' itu. Tapi entah kenapa, senyuman Ali Topan mampu mengusap hatinya.
"Oh, baik, selamat pagi," kata Anna. Dia melihat Maya. Maya mengerjapkan mata kepadanya. Ali Topan batuk-batuk kecil.
"Begini, An, waktu itu saya yang nimpuk kamu pakai kulit rambutan, ng..."
"Saya sudah tahu. Lalu kamu mau apa?" kata Anna.

"Nggak sih.... Saya mau nanya, apa kamu dendam sama saya?" kata Ali Topan.
"Saya nggak pernah dendam sama orang. Tapi perbuatan kamu itu nggak bagus. Tau apa nggak?" kata Anna. Dia mencoba untuk marah, tapi Ali Topan melihat sorot mata yang sama sekali gagal untuk marah di mata Anna. Ali Topan tahu, Anna memang tidak marah, tapi gayanya anggun, hingga dia sungkan bersikap macem-macem, seperti kebiasaannya kalau menghadapi gadis-gadis lain.
"Kalau kamu nggak dendam, terima kasih deh," kata Ali Topan.
"Tapi lain kali jangan gitu ya, Ali Topan," kata Anna.

Pada saat ia menyebut nama Ali Topan dengan lembut, hati pemilik nama itu terasa seperti dikipasi bidadari. Sejuk betul. Ali Topan terpaku memandang wajah Anna. Anna Tersenyum, lalu menarik tangan Maya. Mereka masuk kelas.

Suuuiiiiiiiit! Suiiiiiiiiiiiiit! Suitan khas Dudung terdengar nyaring. Ali Topan menoleh. Dudung, Gevaert dan Bobby melihat ke arahnya. Dudung mengacungkan jempol. Gevaert tersenyum. Bobby menekuk wajahnya. Ali Topan bersiul-siul menunggu ketiga temannya. Ali topan merangkul Bobby dan masuk kelas. Dudung dan gevaert berjalan terus menuju kelas mereka. Bel tanda masuk sekolah berdentang-dentang.

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: