Sabtu, 08 November 2008

Ali Topan Anak Jalanan (39)


Ali Topan berdiam diri. Wajahnya agak tegang. Dudung dan Gevaert melihat wajah yang tegang itu. Mereka tahu gelagat. Pasti Ali Topan sedang serius, sebab dia biasanya paling ramai dalam setiap pertemuan, di mana saja dan kapan saja.

Dudung menowel Gevaert. "Ayo dulu, Vaert. Ntar aja kita tanya urusan si Topan," kata Dudung. Gevaert mengangguk.
"Oke bunga-bunga harapan bangsa... Selamat belajar, semoga sukses," kata Gevaert. Omongannya serius, tapi nadanya bercanda.

Ali Topan berdiam diri. Dia sedang sibuk menekan kegelisahannya.
Maya datang.Ali Topan langsung memandang tajam ke arahnya.
"Hai, apa kabar?" sapa Maya. Ia berj alan mendekati Ali Topan, hendak terus ke bangkunya di bagian belakang. Ali Topan semakin mempertajam pandangan matanya. Maya kaget dipandang dengan cara begitu.
"Eh, kamu kenapa sih?" tanya Maya. la berhenti di depan Ali Topan. Ali Topan menatap Maya.

Ali Topan penasaran. Semalam ia menghubungi Maya lewat telepon, ingin mendapat penegasan tentang undangan ulang tahun Anna, tapi Maya tak di rumah. Bukan ia tak percaya, tapi ia ingin Maya menceritakan secara rinci adegan dialog Anna ketika menyampaikan undangan lisan itu. Dan minta tolong agar Maya memintakan undangan tertulis. Maya nggak mau. Maka Ali Topan agak marah kepada dia. Maya juga jadi kesal ke Ali Topan.

Maya yang merasa tidak ada apa-apa balas menatap Ali Topan. Keduanya berpandangan.
"Maya! Sini dong!"sapa Anna Karenina. Ia tak cuma berseru. Anna Karenina menghampiri bangku Ali Topan. Anna tersenyum pada Maya. Dan ia tersenyum juga pada Ali Topan.
"Ada apa sih? Kok diem-dieman?" kata Anna. "Nggak tau nih. Salah makan kali dia, pagi-pagi udah melototin gua," kata Maya.

Berani betul gadis ini. Ali Topan sampai kaget mendengar ucapannya. Secara refleks dia bangkit dari duduknya. Wajahnya tegang betul. Dia cuma mendengus, kemudian berjalan keluar kelas. Maya dan Anna berpandangan. Bobby dan teman-teman lain menyaksikan adegan itu dengan heran.
"Ada apa sih, dia Bob? Kok kayaknya marah sama gua?" tanya Maya. Bobby cuma mengangkat bahunya. Maya memandang Anna, kemudian dia berjalan ke bangkunya. Anna Karenina mengikutinya dari belakang.
"May," bisik Anna, "Saya jadi takut mau kasih ini sama dia," tambahnya. Anna memperlihatkan sebuah amplop yang diselipkan di sebuah buku yang dibawanya. Maya memandang Anna.
"Kamu kasih saja langsung ke dianya," bisik Maya. Anna Karenina menggelengkan kepalanya.
"Saya malu, May," bisik Anna.
"Malu? Emang kamu nggak pake baju, pake malu segala," gumam Maya. "Ayo deh, kita keluar. Kamu kasih dia deh buru-buru," tambahnya. Maya menarik tangan Anna Karenina. Mereka keluar kelas.

Ali Topan sedang duduk sendiri menyender pilar di ujung Barat sekolah. Maya dan Anna melihatnya. Ali Topan melirik sekilas ke arah mereka, lalu dia membuang pandangannya ke arah lain.
"Pssst, kamu kasih sendiri deh. Cepetan," bisik Maya. "Ah malu, ah. Kita berdua dong," bisik Anna Karenina. "Kalau malu ya udah!" Maya berkata dengan nada gemas. Anna juga kaget mendengar nada gemas itu. Dia memandangi Maya.
"Gimana dong?" katanya.
"Terserah deh. Tapi jelas kalau kamu nggak undang langsung dia, dia nggak bakalan mau dateng. Kamu belum kenal adat dia sih," kata Maya. Dia membalikkan badan, hendak masuk kembali ke dalam kelas.
"Kamu tunggu di sini dong. Ya?" kata Anna. Dia berjalan cepat dan langsung menuju Ali Topan.

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: