Jumat, 14 November 2008

Ali Topan Anak Jalanan (45)


Ia menerima pemberian Ali Topan. Ditimang-timangnya amplop berisi kalung itu, lalu dirabanya dengan jarinya. Wajahnya tampak senang sekali. "Kamu simpan baik-baik ya," bisik Ali Topan, lalu dia mundur ke belakang. Bobby, Dudung dan Gevaert berturut-turut menyalami Anna.

Ali Topan melihat ke sekitarnya. Tuan dan Ny Surya berdiri memperhatikannya. Ny Surya berbisik-bisik pada suaminya. Kelihatan sekali sorot mata Ny Surya tidak senang melihat kehadiran Ali Topan.Ali Topan menghampiri ayah dan ibu Anna. la mengulurkan tangan pada Tuan Surya.

"Selamat untuk Anna, Oom," kata Ali Topan. Tuan Surya mengangguk dan menjabat tangan Ali Topan. la menggumamkan terima kasih yang tidak jelas terdengar di telinga Ali Topan. Ali Topan menyalami Nyonya Surya dengan mengucapkan selamat pula untuk Anna, tapi Nyonya Surya tidak segera menyambut uluran tangan Ali Topan. Nyonya Surya menatap mata Ali Topan kemudian dia memperhatikan Ali Topan dari atas ke bawah.

Oom Boy berdehem di sebelahnya. Nyonya Surya dan Ali Topan sama-sama melirik ke arah Oom Boy. Ali Topan melihat sinisme yang terang-terangan di wajah Oom Boy. la merasa suasana yang tidak enak. Cepat ia melihat ke arah Nyonya Surya. Tangannya masih diulurkan untuk menyalami Nyonya Surya. Nyonya Surya menyentuh sedikit tangan Ali Topan kemudian Cepat-cepat menarik tangannya, seolah-olah jijik menyentuh tangan itu.
"Kamu yang ada di Blok M waktu itu ya," kata Ny Surya. Pandangan matanya dingin. Beberapa tetamu melihat adegan yang kaku itu.
"Iya, Tante...," kata Ali Topan. Ah, suasana sungguh tidak enak bagi Ali Topan. Dia merasa bahwa kehadirannya tidak disukai oleh Nyonya Surya.

Dia maklum. Anna Karenina juga maklum akan situasi yang tidak enak itu. Hatinya berdebar-debar. Semua orang di ruang itu memusatkan pandangan pada Ali Topan.Untunglah Tuan Surya bertindak bijaksana. Dia menepukkan tangannya lalu berkata keras-keras pada para hadirin, menyilakan makan.

Nyonya Surya membuang muka dari pandangan Ali Topan. Dia segera berjalan meninggalkan Ali Topan. Nyonya Surya ikut menyilakan para tetamu.

Suasana kaku berubah luwes dan gembira kembali. Para tetamu tidak lagi memperhatikan Ali Topan. Anna Karenina menghampiri Ali Topan yang tegak berdiri.
"Hey, ayo dong makan...," kata Anna dengan lembut. Wajah Ali Topan tampak tegang. Ia tidak tersenyum pada Anna. Anna merasakan ketegangan itu. la menunduk. Ada kesedihan merambati hatinya.
Bobby, Dudung dan Gevaert datang. Bobby menyentuh lengan Anna. "Kok kue ulang tahunnya nggak dipotong, An?" kata Bobby.
"Buat disimpan tahun depan ya?" kata Gevaert.

Dua kalimat itu mampu menyadarkan Ali Topan dan Anna. Keduanya tersenyum.Ali Topan menyentuh lengan Anna. "Sorry, Anna," bisik Ali Topan. Kemudian mengajak Anna dan teman-temannya. Matanya redup.Hidangan di meja berlimpah ruah. Ada ayam panggang, ayam goreng, sambal goreng ati dan pete, sop sarang burung, bakmi, ayam goreng, capcay, sate Madura, dan banyak lagi jenis makanan yang tampak sangat sedap. Tapi Ali Topan cuma mengambil seperempat piring nasi putih, sesendok acar ketimun dan bawang merah serta sayap ayam goreng.

"Kok sedikit makannya? Ayo, jangan malu-malu," seorang tante berwajah ramah menegur Ali Topan. Ali Topan melirik padanya. Ia tersenyum singkat pada Ali Topan dan mengerjapkan matanya dengan genit. Ali Topan tak menggubris kerjapan mata sembrono itu. la berjalan ke tempat minum, mengambil segelas air dingin, lalu berjalan menuju halaman. Ali Topan duduk di bawah lampu taman.
"Kok sedikit sekali makannya. Takut gemuk ya, Pan," seorang gadis menyapanya. Ali Topan menengok. "Hai, Maya. Gua kira siapa lu? Gua lagi kagak napsu makan nih," kata Ali Topan. Maya duduk disampingnya. Bobby, Dudung dan Gevaert datang beruntun.
"Hai:' "Hai. " "Hai " Mereka berhai-hai-an.
"Makanannye sih enak-enak, tapi gua nggak napsu banget ye," kata Ali Topan. la menyendok nasi dan menyuapkannya ke mulut Maya yang sedang mangap. Maya terperanjat, tapi nasi suapan Ali Topan begitu tepat masuk ke dalam mulutnya.
Maya memekik. Nasi tumpah dari mulutnya. Ali Topan dan kawan-kawannya tertawa. Maya memukul lengan Ali Topan.
"Sialan deh, ih," kata Maya. Toh mulutnya tersenyum. "Abis mulut lu nganggur, jadi gua suapin deh lu," kata Ali Topan.
"Badung lu nggak kira-kira deh," kata Maya sembari membersihkan mulutnya dengan saputangan.
Anna datang. Wajahnya sedih. la berdiri di dekat Ali Topan, matanya redup.
"Kamu marah ya," katanya. "Siapa?" Tanya Ali Topan. "Kamu”
”Marah sama siapa?"
"Sama mama saya."
"Ah, nggak. Mama kamu kan yang marah pada saya," kata Ali Topan. la mendongak. Dilihatnya wajah Anna. Ah, mata gadis itu berkaca-kaca.
"Hei, kenapa?" kata Ali Topan. Ia berdiri perlahan. Wajah Anna tampak sedih dan muram. Matanya makin berkaca-kaca. Ali Topan tiba-tiba merasa iba. Dan tiba-tiba pula ia mengusap air mata yang menetes di pipi Anna dengan tangannya.
"Kamu jangan nangis," bisik Ali Topan. Lembut sekali. Anna terhisak. la mengusap air mata dengan saputangannya.
"Aaaaah, saya cengeng ya," kata Anna. Seketika ia tersenyum. Ali Topan juga tersenyum. Bobby, Dudung dan Gevaert pun pura-pura tidak melihat adegan itu. Maya, yang tidak tahu persoalan di dalam rumah, terheran-heran.
"Kamu masuk deh, layani tamu-tamu yang lain," kata Ali Topan. Anna mengangguk. la menyentuh tangan Ali Topan, lalu berjalan meninggalkan tempat itu. Maya mengikutinya dari belakang.

Ali Topan makan dengan cepat. Nasi putih tak lagi dikunyahnya secara wajar, demikian juga sayap ayam goreng. Dia cepat menyelesaikan makannya, lalu meminum air teh dingin. Teman-temannya malah asyik menikmati makanan mereka ketika Ali Topan mulai merokok. Ia tak banyak berbicara dan bercanda walaupun sahabat-sahabatnya mencoba untuk membuat lelucon-lelucon. Ali Topan lebih senang menikmati rokoknya, karena rokok itu terasa membebaskan dirinya dari ketegangan dan rasa sumpek yang membuat hatinya gelisah.

la gelisah karena sikap ayah dan ibu Anna yang kaku dan dingin. la tahu alasan Nyonya Surya kenapa bersikap seperti itu, tapi ia toh merasa sikap demikian itu terlalu berlebih-lebihan. Tapi iapun merasa, di pihaknya sendiri, bahwa kelakuannya tempo hari melempar kulit rambutan juga berlebih-lebihan.
"Busyet!" katanya tiba-tiba.
"Memang busyet!" sahut Gevaert, tanpa tahu juntrungan kenapa tiba-tiba Ali Topan menyebutkan kata itu. Ali Topan jadi tersenyum pahit. la memandangi wajah tiga temannya yang asyik menyantap makanan.
"Don't put until tomorrow what you can do today," kata Dudung.
"Apa artinya?" tanya Gevaert.
"Teu, nyaho," kata Dudung berbahasa Sunda.
"Kalau gua tau artinya," kata Bobby, "jangan biarkan mereka lapar," tambahnya.

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: