Jumat, 14 November 2008

Ali Topan Anak Jalanan (56)


Dia membayangkan wajah ibu Anna yang non-kompromis itu, wajah ayah Anna yang rada tak acuh, sopir Mercy yang namanya Oom Boy dengan tampang klimis yang menjijikkan. Wajah tiga manusia aneh itu akan bertemu dengan wajah Ibu Dewi yang sinisnya bukan kepalang, wajah Pak Broto Panggabean yang rada blo'on. Amit-amit deh. Dan dia membayangkan Anna Karenina bakal ketakutan menghadapi orangtua-orangtua yang aneh itu.

Membayangkan Anna, dia menggeplak jidatnya sendiri. Sampai di depan kelas Ali Topan masih menggeplak-geplak jidatnya sendiri. Kusut pikirannya.

Ali Topan masuk ke dalam kelasnya. Teman temannya memandang padanya.
"Gimana, Pan?"tanpa Bobby.
"Prihatin, mek!," sahutnya.

Dia menghampiri Anna Karenina, dan berdiri di depan gadis manis yang merasa sebagai gadis paling apes di seluruh dunia.
"An! Besok orang tua kamu bakal disuruh datang oleh penguasa sekolah ini. Orangtua saya juga dipanggil, tapi jelas mereka nggak bakal datang. Besok kita berdua bakal diadili di depan orang-orang tua itu. Saya harap kamu tabah," kata Ali Topan. Suaranya cukup keras sehingga anak anak lain bisa mendengarnya.
"Bakalan seru dong, Pan. Kalau perlu kite rubuhin aje sekolahan kagak berbobot ini," Wandi, anak betawi asal mencuap.
"Iya, Pan kita culik sekalian Pak Broto dan Ibu Dewi. Kite ceburin ke Bina Ria biar dimakan jaws!" kata I Soen peranakan Cina-Sunda yang duduk sebangku dengan Ridwan. Teman teman sekelas, termasuk Ali Topan dan Anna tertawa mendengar leluconnya.
"Apa lu kate?" kata Bobby, "dimakan jaws? Udah pinter ngomong Inggris lu, Cina!" tambahnya dalan nada bergurau.
"Pejajaran lu, Bob. Gue bukan Cina, gue orang Sunda tau? Sekali lagi lu ngatain gue Cina, gue embat lu," kata I Soen. Tampangnya dibikin seperti orang marah.
"Sorry boy, I belum tau. Tapi kalau lu mau jual sih, gue beli embatan lu," kata Bobby. Tampangnya distel serius. "Ah, kagak, gua becanda aja, Bob," kata I Soen, lalu ia melihat Ali Topan dan berkata, "jadi gimana Boss? You atur deh, I follow!" Ali Topan yang sedang prihatin tertawa ketawa ha-ha-hi-hi mendengar celotehan I Soen. Anna Karenina juga tertawa terpingkal pingkal. Mereka lupa sejenak pada `musibah' yang menimpa diri mereka.

Kelas menjadi gaduh oleh suara ketawa bebas-aktif yang spontan keluar dari mulut seluruh murid di situ. Humor demi humor yang ditimpa komentar `asbun' merupakan obat mujarab pengusir hati yang gundah.

Di tengah tengah keriuhan suasana, Hadi datang membawa instruksi khusus dari Pak Direktur. Isi instruksi itu pendek tapi tegas: kelas III Paspal 1 distrap, tidak boleh memperoleh pelajaran hari itu. Murid murid harus tetap di kelas, tidak boleh keluar tanpa izin langsung dari direktur.

"Jangankan distrap sehari, sebulan juga kita masih oke. Dia pikir kita sedih kah, padahal sih gembira betul hati kita," kata I Soen.
Ali Topan meminta maaf kepada teman-temannya atas terlibatan mereka karena perbuatannya. Seperti biasanya, teman-temannya mengerti, karena hanya pengertian itu yang bisa mereka berikan kepada sesame teman.

Saat pulang, Ali Topan mengantar Anna ke gerbang sekolah.
"Anna, apa pikiranmu soal urusan besok?" tanya Ali Topan. Anna memandang sayu pada Ali Topan, lalu menggelengkan kepalanya dan berkata tidak tahu.
"Kamu merasa takut?" tanya Ali Topan. Anna menggeleng.
"Kamu merasa kecewa pada saya?" "Mungkin!" sahut Anna Karenina.

Ali Topan terkesima mendengar jawaban itu. la memandang Anna dengan tajam. Tapi Anna menunduk saja. Bahkan gadis itu mempercepat jalannya langsung menuju Mercy yang sudah menunggu.

Ketika Mercy disopiri Oom Boy bergerak meninggalkan gedung sekolahnya, Anna melirik sekejap ke arah Ali Topan yang berdiri dengan aksi di pintu gerbang. Dua tangannya masuk ke kantong celana dan pandangan matanya gagah sekali. Anna Karenina tidak tahu kalau gaya yang keren itu ditampilkan Ali Topan untuk menutupi perasaan hatinya yang terpukul oleh jawaban Anna.

"Mungkin?" gumam Ali Topan. Lantas ia tersenyum sendirian. la menarik napas berat, lalu berbalik langkah berjalan menuju tempat parkir motor. Bobby, Dudung dan Gevaert menunggu di situ.
"Gimana, Pan?" tanya Gevaert.
"Mungkin," sahut Ali Topan. Ia menghidupkan motornya, lalu meninggalkan tempat parkir, diikuti teman temannya.

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: