Jumat, 14 November 2008

Ali Topan Anak Jalanan (46)


Lalu Bobby pun mengakak sekeras-kerasnya. Gevaert dan Dudung mengikik-ngikik. Lucu betul. Tapi Ali Topan cuma tersenyum dingin. Dia sedang kesal karena rasa gelisah makin mendesaknya.
"He, kalau ketawa jangan keras-keras! Tau sopan sedikit, Bung!" seseorang membentak. Suaranya serius. Ali Topan cs menengok ke arah suara itu. Oom Boy! la berdiri di dekat mobil di halaman yang agak gelap. Rupanya sejak tadi ia memperhatikan Ali Topan cs. "Pssst. Tukang parkirnya marah-marah," kata Gevaert. "Udah, diem aje, mack. Jangan cari ribut," kata Dudung.

Ali Topan setuju sekali dengan ucapan Dudung. Ia membuang pandangan dari Oom Boy yang masih melotot.
"Tongkrongan selangit, mack. Kita jadi geli," bisik Bobby.
"Kalau ketemu di jalanan kita gebukin aja rame-rame, biar nyaho," kata Dudung.
Ali Topan melihat ke arah teman-temannya.
"Cepetan deh makan, kita cabut buru-buru. Gua merasa sebagai tamu yang tidak disukai, mack. Kalau bukan pesta Anna sih, gua obrak-abrik ini pesta," kata Ali Topan.
Bobby, Dudung dan Gevaert buru-buru menyelesaikan makan mereka, lalu buru-buru minum.
"Langsung cabut nih, Boss?" tanya Dudung. "Mau ngapain lagi di sini?" jawab Ali Topan.
"Ayoh dah. Perut kenyang emang nggak enak diajak ribut," kata Bobby. la berdiri merendengi Ali Topan. Dudung dan Gevaert pun segera berdiri. Mereka menunggu komando Ali Topan.
"Kita datang tampak muka, pergi tampak punggung," kata Ali Topan. Suaranya berwibawa.

Anna Karenina tidak bisa berkata apa-apa ketika Ali Topan berpamitan. Soalnya Ali Topan langsung minta diri pada ayah dan ibunya. Anna sedih, tapi ia pun maklum akan situasi.
"Jangan tersinggung ya, An," kata Ali Topan. Anna Karenina diam saja. la mencengkeram lengan Maya yang setia menemaninya.
Ali Topan cs segera pergi.

Pesta ulang tahun tetap berjalan.
Dan airmata seorang gadis berlinangan.

Hari sudah jauh malam. Pesta sudah lama selesai. Anna Karenina menelungkupkan kepalanya di meja di dalam kamarnya. la menangis. Tangannya menggenggam kalung dari Ali Topan. Kado-kado yang lain berserakan di lantai di dekat lemari pakaiannya.
Kedatangan Ali Topan cs menandakan ibunya marah. Tadi Anna dimarahi di depan beberapa tamu, walaupun mereka famili, yang ikut-ikutan "menasihati" supaya jangan bergaul dengan anak jalanan. Anna sebal betul, sedih betul. Untung teman-temannya sudah pulang ketika "peristiwa" itu terjadi, kalau tidak ia bisa malu sekali. Teman-temannya pasti akan mengatakan bahwa ibunya kolot, udik, kampungan dan sebagainya.

Anna mengusap airmatanya. Kalung perak dari Ali Topan diusapnya. Kartu ucapan selamat dibacanya berulang-ulang. Semakin dibacanya, semakin ringan perasaan hatinya. Kalung perak diciuminya dengan mesra, didekapnya erat-erat, lalu diciuminya berulang-ulang, akhimya kalung itu dipakainya. "Terima kasih, sayang," bisiknya. Airmatanya masih menitik. Dan wajah Ali Topan yang punya senyuman khas, terbayang-bayang. Anna ingin sekali Ali Topan ada didekatnya, mengusap airmatanya dan menghibur hatinya.

Anna Karenina melamun terus sampai jauh malam. Kado-kado yang menumpuk di dekat lemari tak dibukanya. la merasa bahagia sekaligus sedih pada hari ulang tahun kali ini. Bukan karena ia menginjak usia 17 yang menandakan masa dewasanya sebagai gadis, tapi lebih istimewa lagi karena di dalam hatinya kini ada seseorang, Ali Topan, yang dengan caranya sendiri masuk ke dalam hati itu dan bersemayam di dalamnya.

Akhirnya Anna tertidur dibuai lamunannya. Ia bermimpi. Indah sekali impinnnya. Di sebuah padang rumput ia berlari-lari kecil. Ali Topan menemaninya. Mereka bernyanyi-nyanyi...

Keesokan harinya di sekolah, Anna kecewa. Ali Topan tidak masuk sekolah. Ditanyakannya pada Maya, tapi Maya tidak tahu ke mana Ali Topan. Bobby, Dudung dan Gevaert pun cuma memandanginya dengan dingin ketika ia mencoba bertanya tentang Ali Topan. Anna merasa teman-teman Ali Topan bersikap kaku dan acuh tak acuh.

"Ada apa nanya-nanya Ali Topan, emang dia punya utang sama lu?" kata Bobby dengan nada yang sinis sekali. Anna menggigit bibirnya. Perasaannya tidak keruan mendengar perkataan itu. Untung ada Maya yang seakan-akan tahu perasaannya dan mau menemani sepanjang waktu.

Hari berikutnya, Ali Topan tetap tidak masuk sekolah.

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: