Jumat, 14 November 2008

Ali Topan Anak Jalanan (52)


Dia memang jagoan mengendarai motor. Dalam tempo 3 menit dia sudah sampai di Jalan Wijaya 11. la suka mengambil jalan memutar ke sekolahnya yang terletak di Jalan Mahakam, untuk menikmati tikungan-tikungan kecil yang terdapat di situ.

Pada saat ia menikung dari Jalan Wijaya 11 ke arah Panglima Polim Tiga, ban motornya mendadak kempes. Ali Topan menghentikan motornya dan memeriksa ban depan yang kempes. la mendapati sebuah paku besar menancap di ban motornya.
"Sialan, lu anak siapa sih paku! Nggak disekolahin ya sama bapak lu! Pagi-pagi begini bikin kempes ban motor gua!" Ali Topan menggerutu. la berusaha mencabut paku itu, tapi tidak bisa, karena paku itu menancap dan bengkok di Dalam ban. Dengan wajah kesal Ali Topan menuntun motornya ke arah tukang tambal ban yang membuka bengkel di ujung Jalan Panglima Polim Tiga.

"Pagi-pagi sudah kena musibah rupanya.. ." kata tukang tambal ban seorang pemuda asal Medan.
"Iya. Musibah gua kan rejeki lu, Bang! Bisa banget lu omong musibah-musibahan," jawab Ali Topan. Dia memarkir motornya di depan tukang bengkel yang tersipu-sipu mendengar kata-katanya.
"Kena paku rupanya? Di mana?" kata tukang tambal ban.
"Di Bandung!," sahut Ali Topan, "gua tinggal ini motor, nanti siang gua ambil," tambahnya sembari melemparkan kunci motor pada tukang tambal ban yang bengong itu tanpa banyak pernik, Ali Topan berjalan pergi, menyambung perjalanannya.

Ali Topan berjalan kaki dengan santai. la bersiul-siul gembira. Kedua buah tangannya berada didalam saku jeans. Indah sekali pagi, nyaman sekali hatinya.

Seorang mngendara motor dari arah belakang berhenti di dekatnya. Dia Teddy, anak kelas I-7. "Eh, tumben jalan kaki, Pan. Ke mana motor lu?" tanya Teddy, "udah telat nih. Lu naik deh," tambahnya.
"Hei, lu Ted. Ban motor gue pecah kena paku. Yuk, gua nebeng dah," kata Ali Topan.

Dia membonceng Teddy. Sampai di sekolah Ali Topan melompat turun. "Terimakasih, Ted," kata Ali Topan, kemudian ia segera berlari menuju kelasnya. Teddy menuntun motornya ke tempat parkir.

Ali Topan sampai di depan kelas, tapi dia tidak langsung masuk. Dia berdiri di dekat pilar di depan kelas. Suara Ibu Dewi membuatnya enggan masuk, namun perasaannya ingin betul masuk ke dalan untuk melihatAnna.

Di dalam kelas, Ibu Dewi mulai "berdakwah". Murid-murid segera diam. Memperhatikannya.
"Anak-anak, hari ini lbu akan menerangkan satu masalah yang mengangkat tatacara pergaulan kaum muda. Masalah ini sangat penting agar kalian bisa menjadi pelajar teladan. Judul masalah sudah Ibu pilihkan, yaitu Bagaimana Memperoleh Manfaat Dari Pergaulan. Sungguh, hal ini penting bagi kalian, karena anak-anak muda jaman sekarang sedang menjadi perhatian kaum pendidik dan masyarakat akibat makin hari makin tinggi angka kenakalan remaja di Jakarta," kata lbu Dewi.

la berkata dengan suara nyaring dan mimiknya selalu khas, gerak kelopak mata dan bibir yang genit seperti penyiar tivi serta tangan yang selalu menjentik jentik debu kapur yang jatuh ke busananya.

Murid-murid diam, tapi sebagian besar pikiran mereka bukan kepada masalah yang sedang dibicarakan melainkan kepada gerak kelopak mata dan bibir Ibu Dewi, yang sok anggun itu.
"Mengerti kalian?" tanya Ibu Dewi.

Murid-murid serempak mengatakan pengertian mereka. Ibu Dewi tampak suka dengan jawaban yang serempak itu. la melirik ke murid-murid di barisan belakang, kemudian menuliskan "ceramahnya."

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: