Jumat, 14 November 2008

Ali Topan Anak Jalanan (49)


Ali Topan menghembuskan nafas panjang pertanda legaan hatinya. Surat itu dibacanya sekali lagi, seolah tidak percaya bahwa Anna menulis surat yang begitu isinya. Diciumnya surat itu berulang-ulang, tepat tanda tangan Anna.
"Anna sayang... besok saya masuk deh...," katanya padanya sendiri.

Rasanya tak puas-puasnya Ali Topan mencium dan memandangi tanda tangan Anna, tapi ia jadi malu hati karena ada dua orang lewat memperhatikannya dengan pandangan aneh serta lucu. Ali Topan cepat-cepat memasukkan surat itu ke dalam kantongnya, kemudian berlalu meninggalkan tempat itu. Sepanjang perjalanan pulang ke rumahnya, Ali Topan bersiul-siul gembira. Baru pertama kali dalam "sejarah" hidupnya, Ali Topan menerima surat cinta, untung dia tidak gila akibat gempa kegembiraan yang melanda kalbunya.

Sampai di rumah, ia langsung masuk kamar dan mengunci pintu. Radio yang selama ini berfungsi sebagai teman dalam kamar tidak disentuhnya. la menghempaskan diri ke tempat tidur dan senyam senyum sendirian. Bantal dipeluknya dan diciumnya berkali-kali.

Sejenak kemudian ia sudah melompat dari tempat tidur dan berjalan mondar mandir di dalam kamarnya. la bercermin dan berbicara dengan wajahnya di dalam cermin. Ia tersenyum, ia tertawa-tawa kecil. Anak jalanan yang begitu brutal bisa juga dibikin bingung oleh sebuah surat cinta. Anna. Anna. Anna. Anna. Anna. Berkali-kali mulutnya menggumamkan nama gadis yang telah membuat hatinya goncang.

Tak lama ia sudah meninggalkan cermin itu. la duduk di lantai menghadapi meja kecil di sisi tempat tidur. Sebuah kertas yang dirobeknya dari buku tulis terhampar di meja itu. Bolpen di tangan kanannya la mencoba menulis surat balasan untuk Anna, tapi ia repot memperoleh kata-kata yang dianggapnya cocok menyuarakan rasaannya. Ia ingin romantis dalam surat, tapi kalimat yang telah ditulisnya terasa begitu romantis seperti rayuan orang-orang cengeng. Ia merasa geli, malu hati sendiri ketika membaca kalimat-kalimat 'cintanya'. Berkali-kali ia ganti kertas, berkali-kali ia menulis surat dan berkali-kali pula ia meremas kertas itu dan membuangnya ke bawah tempat tidur.

"Wah lama-lama buku gua habis dong, An...," gumamnya. Dan ia kaget ketika gumaman itu di dengarnya sendiri. Akhirnya, ia menguatkan hati. Ditulisnya sebuah surat, hampir tanpa berfikir lagi, dan ia tak mau membaca surat itu karena takut batal lagi. Begitu selesai menandatangani surat cintanya, ia melipat kertas surat dan mencari amplop. Tapi amplop merupakan barang yang belum pernah ada didalam daftar barang-barang inventarisnya, karena ia tak pernah merasa memerlukan benda itu.

Di dalam kamar ayah dan ibunya pasti ada benda itu, tapi Ali Topan malas mengambilnya. Akhirnya surat itu dia tutup dengan pita rekat plastik lalu diselipkannya surat itu ke dalam sebuah buku.

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: