Sabtu, 08 November 2008

Ali Topan Anak Jalanan (38)


Tapi aneh. Gevaert tak marah. la justru tersenyum manis ke arah Maya, walaupun dia tetap mengusap-usap wajahnya. Tak seorang pun menduga betapa bahagia hati Gevaert saat itu. Tamparan Maya, di depan umum, dirasakan sebagai ungkapan kasih sayang.
Maya cepat reda dari kegusarannya. Wajahnya tampak menyesal.
"Kamu sih, Vaert, suka bikin panas orang. Siang-siang begini becanda. Mending kalau lucu," kata Maya. Tapi wajahnya menyunggingkan senyuman. Gevaert merasakan senyuman itu sebagai obat. "Kamu jangan marah.beneran dong. Kan saya cuma becanda aja. Sorry deh, May," kata Gevaert.
"Saya juga sorry deh," kata Maya. Wajahnya berubah manis kembali. Dia memandang Ali Topan yang tersenyum simpul. Maka ia pun ingat pesan Anna untuk Ali Topan.
"Eh, Topan kamu diundang ke rumah Anna besok malam. Dia ulang tahun," kata Maya, "Bobby, Dudung dan Gevaert juga diundang," tambahnya. Ali Topan kaget.
"Nggak salah denger, May?"Apa? Coba tolong diulang sekali lagi?" kata Ali Topan.
"Warta berita cukup sekali. Yuk daah... "' kata Maya. la lalu berjalan meninggalkan Ali Topan cs.
"Maya!" seru Ali Topan.
Tapi Maya tidak menggubris seruan itu. Maya berjalan terus. Ali Topan langsung mengejar Maya dengan motornya. la merendengi jalan Maya.
"Sorry deh, Maya. Tapi jangan cepat tersinggung dong. low kan temen gua yang paling baik," kata Ali Topan mengrajuk hati Maya.
"Kamu sih suka nggak mau percaya omongan orang. Udah bagus dikasih kabar, eh masih nggak percaya. Terserah deh," kata Maya. Ia terus berjalan.
Yihuuuuuuuuy! Ali Topan memekikkan perasaan gembiranya.
"Trims, Maya, trims. Pokoknya jasa lu gua ukir di dalam hati seumur hidup," kata Ali Topan. Maya tersenyum.
“Memang kerajinan perak diukir-ukir," katanya. Ia percepat jalannya. Ali Topan melambaikan tangan kepada sobat-sobatnya.
yuhuuuuui! Ali Topan memainkan gas motornya, si motor langsung mencelat ke depan. Bobby dan Dudung segera mengejarnya. Gevaert merendengi Maya. "Maya, mau gua boncengin?" kata Gevaert dengan lembut. Maya menoleh.

"Terimakasih deh. Gua senang jalan kaki."
"Oke deh, gua jalan dulu ya? Ati-ati Maya," kata Gevaert.
"Iya. Lu juga ati-ati..." kata Maya.

Dia langsung memacu motornya, menyusul tiga temannya ke arah utara. Maya memandangi Gevaert sampai lenyap bersama motornya.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, Ali Topan sudah datang di sekolah. Tidak seperti biasanya, Ali Topan duduk di bangkunya. Beberapa teman yang datang agak heran melihat "keluar-biasaan" Ali Topan.
"Tumben lu datang pagi dan duduk di kelas, Pan. Udah sadar?" kata Ridwan, ketua kelasnya.
"Sadar sih dari dulu gua sadar. Cuma terus terang nih, sejak gua punya bini, bangun gua subuh teruuuus, Wan," kata Ali Topan.
"Siapa bini lu?" seorang teman menyela. Di sekolah memang sudah santer gosip tentang Ali Topan jatuh cinta sama Anna Karenina, tapi si teman tadi sekadar iseng bertanya, mungkin sekaligus untuk mentes Ali Topan.
"Masa lu kagak tahu siapa bini gua?" kata Ali Topan. Tepat pada saat Ali Topan selesai berkata, Anna Karenina muncul di pintu kelas. Anna tersenyum padaAli Topan dan teman-temannya yang lain.
"Selamat pagi!" kataAnna pada mereka.
"Selamat pagi, bidadari," Ridwan, ketua kelas membalasnya.

Ridwan mengerjapkan mata ke arah Anna Karenina. Kerjapan mata itu membuat Anna tersipu-sipu.Ali Topan langsung menengok ke Ridwan. Ridwan mengerjap pula ke arahnya. Ketua kelas itu jelas menggoda Ali Topan. Ali Topan cuma bisa senyam-senyum sendiri. Dia yang biasanya `paling rame' di dalam kelas, bahkan di sekolah, seakan-akan tak bisa berkutik. Hatinya berdenyut lebih keras.

Dari rumah dia sudah berniat untuk menyalami Anna Karenina. Dia sudah mengatur gaya dan mimik yang paling baik dan paling simpatik pada saat mengucapkan selamat ulang tahun. Itu didorong oleh kepercayaan bahwa pesan yang disampaikan Maya tentang undangan dari Anna, benar-benar pesan asli. Tapi dia jadi sangsi ketika melihat Anna Karenina masuk ke dalam kelas dengan sikap yang biasa, sikap yang sedikit acuh tak acuh.

Anna tak memberikan salam khusus untuknya. la mengucapkan selamat pagi pada Ridwan, Rudi, Dodo dan teman-teman lainnya, tapi sedikitpun tak memberi perhatian khusus padanya. Padahal Ali Topan sudah menyiapkan diri sejak tadi malam untuk menyambut hari ini.

Kenyataan hari ini tidak sesuai dengan harapan hari kemarennya. Ali Topan tidak tahan dengan situasi galau yang melingkupinya. Pikirannya dipenuhi sesuatu yang tidak enak.

Dia jadi curiga, apakah Maya sengaja mempermainkannya? Apakah Maya mengirim pesan palsu? Rasanya tidak mungkin. Maya tahu, bahkan seluruh manusia di sekolah ini tahu bahwa seorang yang punya nama Ali Topan tidak pernah bisa dipermainkan! Aneh. Aneh.
Aneh.
Otak Ali Topan dipenuhi kata-kata itu. Jangankan mengucapkan selamat pagi, melirikpun tidak dia, padahal jelas jelas dia melewati bangku Ali Topan. Huh! Keangkuhan model begini baru seumur hidup dirasakannya. Biasanya dia yang selalu mengambil inisiatif dalam situasi macam apapun. Kini dia nyata-nyata dipermainkan situasi di luar dirinya. Ali Topan gelisah!

Bobby masuk ke dalam kelas. Dudung dan Gevaert yang bersamaan datang ke sekolah melongok dari pintu kelas. Bobby berjalan ke bangkunya dan menaruh tasnya di atas meja. Kelas III Pal ada dua kelas. Ali Topan dan Bobby di kelas III Pal 1, Dudung dan Gevaert di kelas III Pal 2
"Tumben lu, pagi-pagi udah nongol, Pan. Pantesan kagak nyamper gua. Tau begitu kan nggak gua tungguin," kata Bobby. Dia melirik ke Ali Topan, lalu melirik Anna Karenina yang sibuk membersihkan bangkunya.
"Udah lupa sama kawan," Gevaert berkata dari pintu. Ali Topan makin gelisah. Teman-temannya bercanda, tapi rasanya gurauan mereka merupakan sindiran yang kena betul ke hatinya yang sedang gelisah.

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: