Jumat, 14 November 2008

Ali Topan Anak Jalanan (54)


Tanpa pikir dua kali, Ali Topan melangkah masuk ke dalam kelas. Wajahnya tegang, pandangan matanya menyapu seluruh kelas, lalu hinggap di wajah Ibu Dewi.

Ditatapnya mata Ibu Dewi. Kemarahan terbayang di wajahnya. "Ini dia pahlawan cinta kita!," Ibu Dewi berseru, "hei, kau baca surat itu!, serunya lagi, pada Anna Karenina. Anna tergetar. Ia memandang Ali Topan dan Ali Topan juga memandangnya. Tiba-tiba Ali Topan mengulurkan tangannya, meminta surat itu.

"Biar saya yang membacanya, An," katanya.

Anna memberikan surat itu. Ibu Dewi membelalakkan matanya. Menghadapi Ali Topan selalu membuatnya kehilangan akal. Karena itu ia selalu memunculkan kemarahan dan sinisme yang galak.
"Ibu Dewi, karena saya yang membuat surat ini, saya kira lebih tepat jika saya yang membacanya...," kata Ali Topan.
"Boleh juga, Bung!" kata Ibu Dewi.
Tanpa banyak pernik, Ali Topan membaca suratnya.

Anna Karenina Yang Manis! Saya senang sekali menerima suratmu. Saya tiba-tiba jadi bersemangat dan hidup terasa tidak suram lagi. Rasanya, baru pertama kali dalam sejarah hidup saya sampai hari ini, saya menerima perhatian yang menakjubkan. Surat Anna saya bawa ke manapun saya pergi. Setiap saat saya ingin membacanya. Nah, sekian dulu. Oh ya, soal saran kamu supaya saya rajin sekolah, itu gampang diatur Terima kasih.
Ali Topan

Ali Topan selesai membaca suratnya. la memberikan surat itu kembali pada Anna. Teman-temannya ada yang tertawa mengikik mendengar Ali Topan membaca surat.

Tapi tak ada yang berani mengeluarkan cemoohan. Teman-teman sudah kenal Ali Topan. Mereka respek padanya. Respek campur ngeri.
"Sekarang kamu yang baca," kata Ibu Dewi pada Anna. Anna, Ali Topan dan murid-murid lainnya terkejut. Mereka menganggap Ibu Dewi keterlaluan. Lagipula, yang menjadi pertanyaan anak-anak, kenapa bunyi Ibu Dewi lain dengan bunyi Ali Topan mengenai surat itu? Apakah Ibu Dewi mengada-ada tadi?
"Saya kan sudah membaca, Ibu Dewi?" tanya Ali Topan. Nadanya lembut.
"Kalau saya suruh dia baca kamu mau apa? Atau kalau saya mau sobek-sobek surat kamu, lantas kamu mau apa?" kata Ibu Dewi. la berpaling ke Anna. "Ke sinikan surat itu!," katanya.

Anna memberikan surat itu. lbu Dewi merobek-robek surat itu dengan tenang dan membuang robekan kertas itu tepat kena wajah Ali Topan dan berhamburan ke lantai. Beberapa potongan menempel di baju dan tas sekolahnya.

Kelas dicekam sunyi. Semuanya menunggu reaksi Ali Topan. Mereka memastikan, Ali Topan naik pitam. Kali ini mereka salah duga. Ali Topan mampu menekan emosinya. Perlahan ia membungkuk, berjongkok memunguti robekan kertas suratnya. Dikumpulkannya robekan kertas itu di tangan kirinya, kemudian ia berdiri lagi. Dia berikan robekan surat pada Anna Karenina, kemudian ia berpaling ke Ibu Dewi.
"Terima kasih atas kebijaksanaan Ibu," kata Ali Topan. Kata-katanya merendah, tapi nadanya dingin betul. "Saya tidak butuh terima kasih kamu!," kata Ibu Dewi.

Ali Topan tersenyum.

"Boleh kami duduk, Ibu?" katanya. Tenang. "Kamu menghina saya ya?" kata Ibu Dewi.

"Tidak," kata Ali Topan.
"Tapi sikap kamu kurang pantas! Kamu sok jago. Keluar kamu! Saya muak melihat tampangmu! Sana! Keluar!"

"Jangan begitu dong, Bu. Masa saya mau sekolah disuruh keluar? Itu kan kurang bijaksana namanya," kata Ali Topan.
"Kamu selalu membantah! Anak berengsek!" kata Ibu dewi.
Dia berjalan ke meja, mengambil tasnya, lalu keluar cepat-cepat. Wajahnya geram betul.

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: