Sabtu, 08 November 2008

Ali Topan Anak Jalanan (33)


Mereka masih ngobrol beberapa saat. Kemudian Tante Sun permisi pulang karena berkali-kali dilihatnya Nyonya Surya melihat ke arah jam dinding besar di ruang tamu.
"Saya permisi dulu, Zus. Sudah siang," kata Tante Sun.
"Lho, kok terburu-buru, Mbakyu?" kata Nyonya Surya, padahal hatinya memang ingin agar tamunya cepat pulang.
"Lain kali saja saya mampir," kata Tante Sun, "dan mengenai berlian itu, tolong deh ditawar-tawarkan,"" tambahnya.
"Iya, Mbakyu. Nanti saya tanyakan pada teman-teman," kata Nyonya Surya. Dia mengantarkan tamunya sampai ke halaman.

Begitu mobil tamunya berlalu, seketika itu Nyonya Surya menampilkan wajah tak sedap pada Oom Boy yang berjalan mendekatinya.
"Ada orang kok begitu macamnya ya Boy. Mau main besan-besanan. Dikiranya kalau anaknya lulusan London gampang saja kenalan sama si Anna," kata Ny Surya. "Siapa sih? Kok lucu dia?" kata Oom Boy.
"Gimana Anna di sekolah? Kira-kira pergaulannya bagus apa tidak?" Ny Surya balas bertanya.

Oom Boy menampilkan mimik aneh.
"Masih ingat anak-anak di Blok M kemarin dulu yang melempar Anna dengan kulit rambutan?" tanya Oom Boy. Ny Surya tampak berpikir. Kemudian ia mengangguk-angguk.
"Kenapa?" tanyanya.
"Kulihat Anna intim sama mereka. Rupa-rupanya mereka satu kelas sama si Anna. Musti hati-hati, Zus. Malah ada satu anak yang menguntit si Anna ketika keluar dari sekolah," kata Oom Boy.
"Siapa?"
"Tanya saja sama Anna."

Oom Boy masuk ke dalam kamarnya yang penuh dengan gambar-gambar `sexy'. la sebenamya tidak punya hubungan dengan keluarga Surya. la hanya anak seorang teman keluarga itu. Ayahnya, seorang pedagang di Medan, mengirimkan Boy ke Jakarta untuk kuliah di kedokteran tiga tahun yang lampau.

Resminya, Boy dititipkan pada keluarga Surya. Tapi Boy dikeluarkan dari Sekolah Tinggi Kedokteran karena dua tahun berturut-turut tinggal di tingkat persiapan. la tidak kembali ke Medan, tapi tetap tinggal di keluarga Surya dan sudah dianggap keluarga sendiri. la diserahi merawat mobil pribadi merangkap sopir! Tapi gaya orang ini melebihi anak kandung Pak Surya. Dia pintar mengambil hati Nyonya Surya, itulah sebabnya.

Anna Karenina itu anak bungsu keluarga Surya. Ika Jelita, kakak satu-satunya, telah menikah dan tinggal bersama suaminya di Depok. Mereka kawin lari karena tidak disetujui oleh Tuan dan Nyonya Surya. Ika Jelita hamil lebih dulu, hal itulah yang menjadikan Tuan dan Nyonya Surya berlaku sangat ketat mengawasi Anna.

Anna melamun di dalam kamarnya. Wajah Ali Topan sangat mengganggunya. la mencoba untuk menghapus wajah itu, tapi senyuman yang terlalu memikat memang sulit dihapuskan begitu saja. Anna Karenina merasakan sebuah keanehan. la baru bertemu Ali Topan, itupun dimulai dengan peristiwa yang tidak bagus. Tapi kenapa dia tak berhasil sedikitpun untuk bersikap galak, marah dan judes seperti yang dilakukannya pada semua teman lelakinya selama ini?

Di sekolah tadi Ali Topan mengejarnya dan berbicara padanya. Dia melihat sorot mata yang tentu saja bisa dia tangkap apa maknanya. Lagipula Maya telah menyampaikan pesan, Ali Topan naksir padanya. Dan gosip yang mulai ramai di dalam kelas tentang pertaruhan beberapa anak lelaki, termasuk Ali Topan, untuk memacarinya sedikit banyak membuatnya berpikir. Ada juga perasaan bangga, baru dua hari sudah mampu menjadi pusat perhatian di sekolah, tapi kenapa begitu cepat ya?
"Anna!" teriakan Ny Surya membuyarkan lamunannya. la bergegas membuka pintu dan melongok keluar. "Lagi ganti baju, Ma!" teriaknya.
"Kalau sudah, mama tunggu di meja makan!" kata Ny Surya.
"Iya Mama!"

Anna menutup pintu kembali. la masih sempat melamunkan wajah Ali Topan yang tak bisa lepas dari pikirannya. Akhirnya Anna tersenyum pada bayangan itu. Ia menghela nafas, menyesal betul kenapa tadi bersikap dingin pada pemilik wajah itu? Aaaaah, Anna menghela nafas. Dia cepat berganti baju.

Siang itu seperti siang-siang yang telah lalu. Di meja makan Anna Karenina ditanya macam-macam oleh ibunya. Biasanya Anna merasa muak dengan tanya jawab yang sifatnya semacam "laporan harian" itu, tapi wajah Ali Topan yang simpatik melahirkan kegembiraan di hatinya. Anna Karenina diam-diam merasa ditemani oleh bayangan Ali Topan. Perasaan itu membuat ringan ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan ibunya.

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar: